Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Nelayan Membalas Budi Laut

Kompas.com - 01/08/2011, 05:30 WIB

Menurut Syahrullah, inilah saatnya bagi nelayan untuk membalas budi kepada laut yang selama ini memberi mereka penghidupan. ”Selama ini kami cuma mengambil isi laut untuk kepentingan hidup, tetapi tidak pernah mikir untuk merawatnya. Jadi, upaya ini sebagai bagian dari konservasi untuk mengatasi dahsyatnya aktivitas perusakan terhadap perairan Kepulauan Seribu,” tuturnya.

Ia bercerita, belum lama ini ada dua penyu hijau yang panjangnya sudah sekitar 1,2 meter menjadi korban aktivitas melaut nelayan dari luar. Dua penyu itu terperangkap jaring dan diduga akhirnya mati. Jika aktivitas seperti ini dibiarkan terus berlangsung, suatu saat nanti penyu bisa jadi punah.

Atas dasar itulah, nelayan lokal ingin menjaga keberlangsungan hidup penyu dan biota lainnya. Namun, tidak mungkin mereka melarang nelayan dari luar beraktivitas di perairan Kepulauan Seribu. Dengan demikian, cara paling aman adalah menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan. ”Apakah aktivitas ceroboh seperti ini akan kami biarkan merusak biota di laut kami? Jangan sampai ini terus terjadi,” ujarnya.

Aksi bersih laut

Upaya konservasi atas kehidupan bawah laut tidak sebatas itu saja. Para nelayan juga secara mandiri memungut sampah di dasar laut sekitar Pulau Pramuka. Setiap bulan, pada hari Jumat, nelayan meliburkan diri dari melaut. Mereka ramai-ramai menyelam, lalu memunguti sampah hingga kedalaman 20 meter atau 30 meter. Jangan kaget, dalam satu kali aksi, sampah yang terkumpul mencapai sekitar 8 kuintal! Sebagian besar berupa plastik dan botol air mineral.

Menurut Syahrullah, keadaan itu sangat mengerikan. Namun, nelayan tidak bisa hanya berdiam diri dan menyesali keadaan taman laut mereka. Sampah-sampah bawah laut harus diangkat sebagai upaya menyelamatkan sumber pangan mereka. Jika tidak, bawah laut itu bakalan tak beda jauh dengan Bantar Gebang.

Regional Manager PADI Asia Pacific Abi Carnadie membenarkan mulai tumbuhnya kesadaran nelayan membersihkan bawah laut Kepulauan Seribu. Usaha mereka juga didukung oleh para penyelam profesional, seperti PADI, yang merupakan kelompok instruktur selam yang sering mengadakan latihan penyelaman di sekitar Pulau Pramuka. ”Pembersihan laut sering kami lakukan bersama- sama nelayan setempat,” ujar Abi.

Menurut Abi, saat ini banyak terumbu karang mati di perairan Kepulauan Seribu. Penyebabnya adalah terumbu terpapar sampah dan limbah. Sampah sering kali tersangkut di karang-karang lembut yang menjadi rumah ikan, membuat karang rusak dan lama-kelamaan mati.

Menurut Abi, ada sekitar 2 ton sampah dari 13 sungai di Jakarta mengendap di Teluk Jakarta. Lautan sampah akan selalu kita dapati di perairan ini, khususnya pada musim hujan. Lemahnya kebijakan pengelolaan sampah di Jakarta telah mengorbankan perairan Kepulauan Seribu sebagai tempat pembuangan akhir sampah.

Lain lagi pengalaman instruktur selam dari Ody Dive, Michael Sjukrie. Kedatangan wisatawan dalam jumlah besar menyumbang perusakan ekosistem bawah laut. Ia bercerita, kegiatan penyelaman yang sangat mengagumkan di Kepulauan Seribu adalah saat menyaksikan keberadaan sepasang kuda laut berwarna oranye berkejaran dalam serangkaian terumbu karang berbentuk kipas. Namun, setahun lalu, ada sekelompok besar wisatawan berjumlah 40 orang melakukan penyelaman di sekitar terumbu itu. Tak lama setelah itu, Michael kembali menyelam dan mendapati pasangan kuda laut beserta terumbu kipas telah hilang. Bagi para penyelam, keadaan itu bagai sebuah musibah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com