Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Tata Kelola UI Berhati Nurani

Kompas.com - 07/09/2011, 02:05 WIB

”Bermain” di masa transisi

Dengan keprihatinan yang mendalam, saya pelajari dampak tidak dijalankannya masa transisi dari sisi ketiadaan good governance dengan checks and balances yang memadai. Organ Senat Akademi Universitas, yang keanggotaannya berakhir 17 Juli 2011, ternyata diubah pada 15 Mei 2011 jadi Senat Universitas, suatu organ yang baru ada dalam PP No 66/2010 tanpa mengindahkan masa transisi. Karena tak ada perwakilan Senat Universitas dalam MWA, terpangkas dan terputuslah prinsip partisipatori dalam pola good governance ini melalui MWA.

Bagaimana mekanisme dan proses pemilihan dan penentuan anggota Senat Universitas? Seharusnya mekanismenya diatur dalam statuta UI, yang ternyata belum ada sekarang ini.

Hal serupa juga terjadi pada organ DGB UI, yang berakhir masa tugasnya 24 Agustus 2011. Lagi-lagi DGB mengalami kenyataan bahwa pekerjaannya tak dilanjutkan karena ”tak dikenal dalam PP No 66/2010”. Keharusan adanya masa transisi seperti diamanatkan PP No 66/2010 itu diabaikan. Lagi pula, apabila masa kerja anggotanya habis, tidak berarti organ DGB dibubarkan.

Konsep statuta UI yang menyangkut karakter dan semangat UI diajukan rektor kepada Mendiknas tanpa konsultasi dan partisipasi dengan MWA dan DGB UI. Ke mana prinsip-prinsip tata kelola good governance? Lebih menarik lagi, konsep statuta UI disampaikan kepada Mendiknas, sementara PP tentang status hukum UI yang jadi dasar pembuatannya belum diterbitkan.

Mengapa saya membuka aib UI di hadapan publik? Hal itu tak lain karena saluran yang semula terbuka bagi saya—selaku anggota MWA—menyampaikan masalah intern UI kepada yang berkepentingan sejak beberapa lama tertutup karena anggapan bahwa organ MWA tidak dikenal dalam PP No 66/2010.

Saya bersyukur bahwa Minggu (4/9) malam telah berlangsung pertemuan di rumah saya antara Saudara Gumelar (Rektor UI), Dipo Alam (Ikatan Lulusan Universitas Indonesia/Iluni), dan saya untuk kemudian sepakat membentuk tim guna mengatasi kemelut dan menyelamatkan UI dengan menegakkan good governance dalam lingkungan UI.

Permasalahan yang saya singgung di sini bukanlah menyangkut masalah perorangan diri pribadi saya selaku anggota, atau Saudara Gumelar sebagai rektor, atau Saudara Dipo selaku dari Iluni. Apa yang ingin saya angkat di sini adalah roh UI yang diembannya selama puluhan tahun. UI bukanlah sekadar kumpulan gedung di kampus Depok atau Salemba. UI bukan pula kumpulan guru besar, dosen atau orang pintar, serta mahasiswa yang rajin kuliah Senin-Jumat, pagi-sore.

UI selama sejarah hidupnya adalah mercusuar kemandirian moral yang tegar berdiri dalam kegelapan masa apa pun, diterjang angin topan perlawanan sedahsyat apa pun. Karena UI diisi oleh keberanian moral membangun masyarakat yang demokratis dan mampu bersaing secara global. Marilah kita tetap tegakkan almamater Universitas Indonesia, meneruskan sejarah gemilangnya masa lampau untuk tetap menjadi kekuatan moral membangun masyarakat yang demokratis dengan tata kelola UI yang berhati nurani.

Emil Salim Dosen Pascasarjana UI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com