Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejuang Perpustakaan Kampung

Kompas.com - 09/09/2011, 04:14 WIB

Jumlah buku dan anggota Perpustakaan Anak Bangsa pun semakin banyak. Sekarang ini dia memperkirakan anggotanya sudah lebih dari 10.000 orang. Lebih dari 2.000 anggota di antaranya adalah pelajar. Anggota lain berasal dari beragam latar belakang, mulai dari tukang becak, ibu rumah tangga, petani, sampai para pelajar dari dalam dan luar kampungnya.

Para anggota Perpustakaan Anak Bangsa umumnya senang mengunjungi tempat itu karena Eko meminjamkan buku-buku koleksinya secara gratis. Sementara bagi Eko, semakin banyak orang mau membaca saja sudah menyenangkan hatinya.

Dengan membaca, Eko berharap apa pun kondisinya, orang tersebut tetap mempunyai pengetahuan luas dan mampu berpikir lebih terbuka untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Warga di kampung Eko yang rata-rata bekerja sebagai buruh tani, pencari kayu di hutan, peternak, atau kuli bangunan di kota itu sesungguhnya juga haus akan pengetahuan. Bagi Eko, kalau pikiran mereka lebih terbuka dan pintar, hidup seseorang akan bahagia, apa pun pekerjaan dan berapa pun penghasilannya.

Perpustakaan Anak Bangsa pun terus berkembang. Eko membiayai operasional perpustakaannya dari hasil menjual tulisannya ke sejumlah surat kabar. Ia juga mengambil sebagian penghasilan dari usaha menjual bahan makanan pokok yang kala itu dijalankannya bersama sang kakak.

Namun, suatu ketika, saat lahan tempat perpustakaan itu akan dijual pemiliknya (Eko menempati lahan itu dengan gratis), dia mulai kebingungan. Anak bungsu dari tiga bersaudara itu coba membeli lahan tersebut agar perpustakaan yang sudah memiliki banyak anggota itu tidak tutup.

Bahkan, Eko, anak pasangan Supeno dan Ponisah, sempat berniat menjual ginjalnya untuk membeli lahan tersebut meski akhirnya niat itu dibatalkan.

Di tengah situasi sulit itu, Perpustakaan Anak Bangsa terus berkembang. Jika awalnya koleksi buku-bukunya terbatas, kini koleksinya beragam, mulai dari majalah Bobo, buku pelajaran sekolah, buku komputer, novel roman seperti karya Mira W, novel terjemahan, sampai buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer.

Perpustakaan Anak Bangsa bahkan menyediakan novel-novel berbahasa Inggris meski dalam jumlah yang masih terbatas.

Perpustakaan mandiri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com