Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor Idaman, Dambaan Mahasiswa

Kompas.com - 20/09/2011, 03:50 WIB

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Restu Nur Wahyudin, mengatakan, terkadang kebijakan rektorat tersebut diberlakukan secara sepihak.

”Mahasiswa tidak dilibatkan dalam perumusan kebijakan. Akibatnya, mahasiswa merasa dirugikan. Misalnya, larangan jam malam berorganisasi di kampus, fasilitas yang tidak gratis, dan meningkatnya biaya masuk bagi mahasiswa baru. Kalau sudah begitu, mau tidak mau mahasiswa akan turun ke jalan,” katanya.

Menurut Restu, universitas bisa menjadi tempat belajar berdemokrasi dengan cara rektorat sebagai pemangku kebijakan, sedangkan mahasiswa sebagai pelaksana kebijakan. Rektorat berperan seperti pemerintah dan mahasiswa berperan sebagai rakyat.

”Nah, apabila mengacu pada pelajaran demokrasi, proses perumusan kebijakan harus disepakati antara pemangku dan pelaksana. Kedua pihak ini harus duduk bersama merumuskan kebijakan di kampus,” ujarnya.

Gegap gempita pemilihan rektor akan ikut memengaruhi angan-angan mahasiswa tentang rektor idamannya. Mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Arya Panji Wicaksono, menjadi salah seorang mahasiswa yang tidak sabar menunggu pemilihan rektor.

”Bicara tentang rektor idaman, tahun 2012, di kampus ada pemilihan rektor. Karena baru menginjak tahun ketiga kuliah di sini, saya belum pernah merasakan gegap gempita pemilihan rektor. Entah euforia seperti apa yang akan disuguhkan pada pemilihan ini, apakah seseru pemilihan raya presiden mahasiswa ataukah lebih dinamis lagi, ya...,” katanya.

Menurut Arya, pemilihan rektor menjadi momentum yang tepat bagi para mahasiswa untuk menyuarakan kriteria seorang rektor. Dia berpendapat, salah satu hal yang penting dan utama adalah komunikasi yang baik antara rektor dan mahasiswa.

”Rektor harus mampu membangun komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang baik, ada transfer informasi yang jelas dari pihak rektorat kepada mahasiswa. Selain itu, akan terjalin hubungan kekeluargaan yang dekat. Janganlah rektorat menutup kuping atas saran dan kritik dari para mahasiswanya,” ujar Arya.


Tak mudah

Mahasiswa memang mempunyai harapan tersendiri kepada rektornya. Namun, untuk menjadi seorang rektor bukan hal mudah. Mantan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) di Jakarta Suryamin mengatakan, menjadi seorang rektor atau ketua perguruan tinggi itu sulit-sulit gampang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com