Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Membeli Kucing dalam Karung

Kompas.com - 11/10/2011, 04:03 WIB

Di pihak lain, Staf Ahli BAN-PT Sutrisno menampik isu adanya ”negosiasi” semacam itu. ”Saya kira sekarang tak terjadi hal seperti itu sebab pemerintah menyediakan biaya transpor dan uang lumsum cukup bagi para assessor,” katanya. Ia menambahkan, skor yang dilaporkan asssessor akan dibahas dalam rapat untuk mengambil kesimpulan. ”Di rapat kan ada assessor lain. Kami bisa mengecek apa benar skor program studi di A bagus. Jika ada pelanggaran oleh assessor, masyarakat bisa melaporkannya ke BAN-PT,” lanjut Sutrisno.

Akan tetapi, ketidakpercayaan telanjur melanda sebagian mahasiswa. Hadiqun Nuha, mahasiswa Universitas Paramadina, Jakarta, menyatakan, biasanya perguruan tinggi yang akan diakreditasi melakukan apa saja untuk meraih nilai baik, termasuk manipulasi. Kampus yang tidak punya ruang dosen dan laboratorium, misalnya, tiba-tiba menyulap ruang perkuliahan menjadi ruang dosen atau laboratorium. ”Sistem akreditasi yang diterapkan BAN-PT sekarang tak layak jadi tolok ukur kualitas PT bersangkutan,” ungkapnya.

Banyak cara untuk memilih tempat kuliah, misalnya mencari tahu dari alumni atau mahasiswa di sana. Lebih afdal lagi melihat langsung kondisi kampus dan sarana pembelajarannya. Bagaimanapun, perlu hati-hati memilihnya agar terhindar dari membeli kucing dalam karung.

(SOELASTRI SOEKIRNO)

 
***


BAN-PT, Si Penentu Akreditasi

Bagi mereka yang belum mengetahuinya, kita kenali dulu lembaga akreditasi kita, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Lembaga yang dibentuk tahun 1994 itu merupakan lembaga non-struktural di bawah Menteri Pendidikan Nasional.

Pengurus BAN-PT terdiri atas para akademisi dari sejumlah perguruan tinggi. Tugasnya ialah menilai mutu dan efisiensi semua perguruan tinggi (negeri, swasta, ataupun kedinasan) secara berkala. Penilaian BAN atas sebuah program studi di PT—diploma, sarjana, sampai pascasarjana—dilakukan atas kurikulum, mutu dan jumlah tenaga kependidikan, keadaan mahasiswa, pelaksanaan pendidikan, sarana dan prasarana, tata laksana administrasi akademik, kepegawaian, keuangan, sampai kerumahtanggaan perguruan tinggi.

Keterbatasan staf membuat satu-satunya lembaga akreditasi PT di Indonesia tersebut merekrut penilai program studi yang disebut assessor. Mereka juga dari kaum akademisi dan profesional (untuk program bidang keahlian). Tugas assessor adalah mengecek kesesuaian laporan perguruan tinggi dalam borang (formulir) dengan fakta di lapangan.

Otomatis BAN-PT juga berfungsi mengawasi mutu semua program studi pendidikan tinggi. Ia juga harus menyebarluaskan informasi mengenai status akreditasi dari program studi kepada publik.

Hasil akreditasi oleh BAN-PT ada empat tingkat, yaitu A, B, C, dan D. Program studi yang mendapat nilai A, B, dan C bisa mengadakan ujian sendiri, tetapi yang bernilai D (tidak lulus) harus segera berbenah. Jika tidak, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional bisa mencabut izin operasionalnya.

”BAN-PT berfungsi memberikan saran pembinaan mengenai peningkatan mutu program-program studi yang sudah diakreditasi. Misalnya, yang bernilai C harus mendapat pembinaan Kementerian Pendidikan Nasional,” ujar Staf Ahli BAN-PT Sutrisno, pekan lalu.

Bagi banyak perguruan tinggi, terutama swasta, akreditasi sangat bermanfaat karena status akreditasi merupakan cermin kinerja mereka. Hasil akreditasi juga bisa menjadi cara bagi mereka untuk mengiklankan diri kepada masyarakat. (tri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com