Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Wajah" Lain SMK Pertanian

Kompas.com - 23/11/2011, 08:11 WIB

Pengolahan pascapanen juga dikembangkan. Sudarman, Kepala SMKN 2 Slawi, menjelaskan, siswa diajar memproduksi sari buah, jahe instan, roti, hingga makanan ringan. Bahkan, produk olahan siswa ini terjamin kesehatannya karena mendapat surat pengawasan dinas kesehatan setempat.

”Dulu kan pendidikan di sekolah menengah pertanian itu banyak teori. Siswa juga nggak melihat kalau pertanian itu bisa menjanjikan. Namun, setelah proses pembelajaran diubah, belajar dibuat mirip di industri pertanian sesungguhnya, siswa termotivasi,” kata Sudarman.

Terobosan yang dilakukan SMK pertanian perlahan mengubah ”wajah pendidikan” SMK pertanian. Minat lulusan SMP untuk memilih ke SMK pertanian bertambah meski tak sedrastis minat ke otomotif, komputer, atau perhotelan. Meski jumlah SMK pertanian hanya 500 dari sekitar 8.000 SMK, setidaknya ada 150.000 anak muda yang melirik pertanian.

Marlock, Koordinator Lapangan Forum Peduli Pendidikan Pelatihan Menengah Kejuruan Indonesia, mengatakan, sebenarnya SMK pertanian di sejumlah daerah berpotensi mengembangkan ekonomi daerah. Untuk itu, pendidikan di SMK pertanian harus mencitrakan pertanian modern yang menjanjikan kehidupan dan kesejahteraan. ”SMK pertanian harus membuat siswa belajar menjadi petani yang menghasilkan. Ini membuat mereka mau menjadi petani dan pengusaha pertanian. Beda dengan sarjana pertanian yang belajar pertanian. Akibatnya, banyak sarjana pertanian yang tak mau jadi petani,” kata Marlock.

Pendidikan di sekolah kejuruan pertanian yang menyesuaikan perubahan zaman terbukti mampu menarik minat siswa dan mengembangkan kemandirian sekolah. Yang perlu diperkuat adalah program pengolahan pertanian pascapanen untuk meningkatkan daya saing dan nilai produk pertanian Indonesia.

Permintaan tenaga kerja

Kini, sejumlah SMK pertanian yang dianggap bagus diburu dunia usaha demi tenaga kerja terampil. Pendidikan menengah pertanian harus membuat terobosan dan inovasi untuk menarik minat generasi muda.

Menurut Abdul Muhid, Ketua Program Keahlian Agrobisnis Produksi Pertanian SMKN 1 Sukorambi Jember, Jawa Timur, siswa SMK sudah dilirik sebelum lulus. Permintaan yang cukup tinggi untuk memenuhi tenaga di bidang perkebunan, pembenihan, dan pengolahan.

”Terkadang masalahnya kesiapan mental siswa dan orangtua kalau tawaran itu di luar daerah,” ujarnya.

Industri pertanian di Jepang pun melirik banyak lulusan SMK pertanian untuk bekerja dengan gaji tinggi. Mereka dikontrak tiga tahun jika melewati serangkaian tes di Indonesia.

Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno mengatakan, perubahan wajah pendidikan menengah pertanian ini masih terkendala kebijakan dalam negeri. Penghargaan masih rendah sehingga kesejahteraan petani belum memadai.

Tak heran jika image masa depan kehidupan sektor agraris masih suram di benak generasi muda. Mampukah kita terus melakukan terobosan dan inovasi dalam sektor pertanian Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com