Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pak Guru Edi di Pedalaman Riau

Kompas.com - 25/11/2011, 08:44 WIB
Sabrina Asril

Penulis

Edi menceritakan, saat itu, desa Silikuan Hulu merupakan bagian dari Desa Air Putih. Tetapi, sejak tahun 2000-an, Desa Silikuan Hulu berdiri sendiri di bawah Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan.

Ketika gedung baru sudah didapat, proses belajar mengajar pun berlangsung formal sesuai dengan aturan yang ditetapkan Dinas Pendidikan Riau. Namun, tetap dengan segala keterbatasan yang ada di kawasan pedalaman.

"Beda pedalaman dengan kota itu jauh," ucap Edi.

Di kota, katanya, fasilitas serba memadai. Sementara di pedalaman, untuk mendapatkan buku saja harus menunggu giliran. Buku-buku yang ada akhirnya dipakai bersama-sama oleh para siswa. Dengan sulitnya mendapat buku, Edi pun tak bermimpi membangun perpustakaan.

"Mana bisa bangun perpustakaan? Orang ruangannya enggak ada. Bukunya apa lagi," canda Edi.

Tetapi, pada tahun 2010, melalui program Pelita Pustaka Tanoto Foundation, SDN 012 Silikuan Hulu mendapatkan bantuan 120 buku pinjaman dan pelatihan gratis tentang manajemen perpustakaan. Namun, program itu tidak memberikan dana untuk membangun perpustakaan.

"Iya kurangnya karena tidak ada dana. Kami berpikir, perpustakaan itu penting untuk anak-anak. Akhirnya bahan-bahan kayu yang ada di sekitar kami dikumpulkan dan bangun sendiri," ujar ayah satu anak ini.

Untuk pembangunan perpustakaan mini berukuran 7x8 meter ini, para orangtua siswa juga turt berkontribusi dengan menyumbangkan Rp 70.000. Meski sederhana dan terbuat dari kayu tanpa ada lampu penerangan, para siswa ternyata tetap antusias.

"Kami bersyukur sampai penuh sesak kalau tidak dibatasi dan enggak dijadwal," tambahnya.

Saat ini, Edi menjabat sebagai Kepala SDN 012 Silikuan Hulu. Ia bertanggung jawab terhadap proses pendidikan bagi 125 orang siswa yang mengenyam pendidikan di sana.

Ia masih menyimpan satu harapan, yaitu perhatian dari pejabat setempat untuk memberikan bantuan buku kepada anak didiknya. Edi tahu, risiko tinggal di pedalaman adalah sulitnya akses dan minimnya dana untuk membangun. Namun, hal itu tentu tidak bisa dijadikan alasan untuk merenggut hak anak mendapatkan pendidikan terbaiknya. "

Siapa tahu di antara mereka ada yang sukses," ujarnya penuh harap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com