Seperti umumnya SMK bagian teknik, mayoritas penghuni SMKN 29 adalah laki-laki. Namun tak ada kesan sangar seperti dulu digambarkan orang-orang mengenai siswa-siswa STM.
Begitu memasuki pintu gerbang berpayungkan pohon rindang, seorang satpam berseragam hitam menyapa ANTARA News. Senyum menyertainya.
Masuk area sekolah, para pelajar pria duduk bergerombol. Mereka membaca buku, majalah, tapi ada juga yang cuma mengobrol.
Beberapa saat kemudian, karena waktu duhur tiba, seluruh siswa laki-laki yang beragama Islam memenuhi satu musola. Setiap istirahat kedua pada pukul 12.00 WIB dan pada saat jam pulang sekolah pukul 15.00 WIB, mereka selalu salat berjamaah.
Ketika bersua dengan guru, para remaja ini selalu memberi sapa. Cium hormat pada punggung tangan sang guru selalu menyertai sapa mereka.
“Sopan santun, budi pekerti, kedisiplinan kami terapkan di sekolah ini," kata Maruli Tua, alumnus SMK 29, yang mengajar Gasturbin Engine dan Maintenance Practice. Maruli juga staf humas sekolah itu.
Agak sulit menemukan pelajar perempuan di sekolah yang 95 persen pelajarnya laki-laki itu, apalagi corak seragam mereka sama. Atasan menyerupai kemeja TNI Angkatan Udara dan celana berwarna biru kehitaman adalah seragam mereka.
"Saya senang bersekolah di sini, tidak ada perbedaannya kok," ujar Salsabila, siswi kelas 10 AP1.
Salsabila adalah satu dari beberapa pelajar perempuan yang ikut membidani Jabiru. Ya Jabiru, pesawat yang ramai dibicarakan orang itu. Pesawat yang bisa memuat empat orang ini masih dipercantik di sebuah garasi tertutup di halaman belakang sekolah.
"Yang merakit pesawat Jabiru J430 ini seratus persen siswa siswi kami," ujar Ahmad Budiman, guru mata pelajaran Aircraft System yang juga Ketua Pelaksana Perakitan Jabiru.