Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Lebih Baik Oemar Bakrie

Kompas.com - 05/03/2012, 16:52 WIB
Irene Sarwindaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Kisah Oemar Bakrie, sosok guru dalam lagu yang dinyanyikan Iwan Fals, rasanya masih lebih baik dari kisah yang dialami Nurul Huda (46). Setidaknya, Oemar Bakrie dikisahkan dalam lagu sudah mendapat jaminan sebagai pegawai negeri meskipun gajinya seperti dikebiri.

Ibu guru Nurul sudah 25 tahun menjadi guru honorer dan guru bantu namun belum juga diangkat sebagai pegawai negeri. Bahkan, tiga bulan terakhir ia belum juga menerima honornya.

Dalam lagu itu pula, Oemar Bakrie masih bisa pulang naik sepeda kumbang. Namun Ibu Guru Nurul yang mengajar di SD Negeri 1 Sidodadi, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel) itu terpaksa hidup terpisah dari keluarganya di Palembang, Sumsel dan baru bisa bersua sebulan sekali karena tempat mengajarnya yang berjarak sekitar 100 kilometer dari rumahnya.

Untuk mencapai daerah tempatnya mengajar, Nurul harus naik kapal cepat (speedboat) yang hanya berangkat sehari sekali dari Palembang. Perjalanan kapal itu ditempuh sekitar empat jam sehingga tak mungkin Nurul pulang tiap hari. Apalagi, tarif kapal cepat sebesar Rp 140.000 pulang pergi dermaga Benteng Kuto Besak Palembang-Dermaga Jalur 27, Kecamatan Air Sugihan, OKI membuatnya berpikir panjang untuk sering-sering pulang.

Honornya sebagai guru bantu pada 2011 yang hanya Rp 1 juta sebulan itu sudah sangat terbatas untuk biaya hidup sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya yang sudah duduk di bangku SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

"Bagi saya tarif pulang pergi cukup mahal, jadi tak mungkin saya pulang sering-sering," katanya ditemui di rumahnya di sebuah lorong kecil di Palembang, Sabtu (3/3). Nurul menjadi guru bantu di SD Negeri 1 Sidodadi, Air Sugihan, OKI berdasarkan surat keputusan (SK) sejak Januari 2004. Sejak tahun 1987 hingga 2003 ia telah berpindah-pindah mengajar sebagai guru honorer di empat SD dan satu TK di Palembang.

Beberapakali ia mengikuti seleksi penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di berbagai kabupaten di Sumsel namun tak berhasil juga. Akhirnya, ia lolos sebagai guru bantu dengan SK yang berlaku selama setahun. SK habis masa berlaku Pada Desember 2011, SK pengangkatannya sebagai duru bantu telah berakhir masa berlakunya. Namun hingga Maret ini belum ada pembaharuan. Akibatnya, statusnya kini tak jelas.

Honor tiga bulan pun tak jua ia terima. Nasib ini juga dialami 599 guru bantu lain di Sumsel. Kendati demikian, ia tetap bekerja. "Sekolah masih membutuhkan guru," kata guru yang mengampu sebagai guru kelas dua itu.

Ia mengenang, awalnya sempat berkecil hati melihat desa terpencil tempatnya ditempatkan. Jalan desa masih berupa tanah dan berlumpur saat hujan. Belum lagi cerita-cerita masih banyaknya gajah liar sempat membuatnya nyaris patah semangat. Namun, delapan tahun berlalu, ia justru semakin membaur dengan masyarakat yang sebagian besar transmigran dari Jawa tersebut.

"Mereka menerima saya dengan baik," ucapnya. Di Kecamatan Air Sugihan itu, Nurul tinggal di Desa Nusakarta yang jaraknya masih 4 Km dari sekolahnya. Di sana ia menempati ruang belakang bangunan kantor Partai Kebangkitan Bangsa yang sudah jarang terpakai.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com