Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia APU Menyiapkan SDM di Era Globalisasi (I)

Kompas.com - 02/07/2012, 14:01 WIB
M Latief

Penulis

Hasilnya sangat mengejutkan, terutama pada praktisi pendidikan di Jepang. Hasil suvey itu menyatakan, APU mendapatkan poin tertinggi 8,3 dari 10 point maksimum, disusul berturut-turut oleh universitas-universitas ternama yang telah berumur ratusan tahun seperti Waseda, Keio, Universitas Tokyo dan Universitas Ritsumeikan. Ritsumeikan sendiri merupakan ibu kandung yang telah melahirkan APU pada 12 tahun lalu.

Apakah parameter utama yang dijadikan acuan perusahaan multinasional Jepang merekrut tenaga kerja baru itu?

Berdasarkan laporan Recruit, sepuluh parameter terpenting berturut-turut adalah kemampuan berkomunikasi, kemandirian, kemampuan berkolaborasi/kerjasama, jiwa petualang untuk mencoba (spirit of challenge), loyalitas, jiwa tanggung jawab, fleksibelitas, kemampuan berlogika, keahlian dan kepemimpinan (leadearship).

Hasil ini menunjukkan, kemampuan otak dan keahlian semata, bukanlah faktor terpenting bisa berhasil masuk menjadi tenaga profesional di perusahaan-perusahan multinasional tersebut. Kemampuan komunikasi, kemandirian, kemampuan kerjasama, tanggung jawab dan beberapa jiwa-jiwa dasar sebagai seorang profesional jauh lebih dianggap sebagai faktor penting.

Dilihat dari tingkat keberhasilan di bursa kerja, mengapa lulusan APU dianggap lebih memenuhi kriteria-kriteria tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, alangkah baiknya kita bahas karakteristik lingkungan dan sistem pendidikan di universitas ini.

Karakteristik lingkungan dan sistem pendidikan

Skala jumlah seluruh mahasiswa universitas ini tidak begitu besar. Jumlah total mahasiswanya berkisar sekitar 6 ribu orang. Mereka terbagi dalam College of Asia Pacific Studies dan International Management. Sampai di sini, tidak ada jauh bedanya dengan universitas di manapun.

Namun. hal yang membuat beda dengan universitas pada umumnya adalah komposisi mahasiswa dan tenaga pendidiknya. Sekitar 40 % dari 6 ribu mahasiswanya adalah orang asing non-Jepang. Mereka datang dari 85 negara. Tenaga pendidiknya juga datang dari 28 negara berbeda. Inilah yang menjadikan lingkungan kampus APU laksana 'kampung global' yang sangat internasional.

Bahasa Inggris dan Jepang adalah pengantar resmi dalam kegiatan perkuliahan. Tetapi, di lingkungan kampus ini, setiap hari ada 85 lebih jenis komunikasi bahasa berbeda ditinjau berdasarkan asal negaranya.

Bagi mereka yang tertarik bahasa Negara tertentu, mencari teman dari negara tersebut adalah metode paling jitu. Mudah sekali ditemukan, misalnya, anak Korea lancar dan fasih berbahasa Indonesa. Atau, sebaliknya anak Indonesia yang pintar berbahasa Korea setelah satu dua tahun belajar di kampus ini.

Hal seperti itu kemungkinan bisa terjadi terhadap bahasa 85 negara asal mahasiswa tersebut. Selain sistem kegiatan perkuliahan di dalam kelas, banyak sekali kegiatan-kegiatan grup diskusi, field study, active learning, internship, dan beberapa aktivitas belajar yang tidak sekedar mengandalkan perkuliahan di dalam kelas.

Bisa dibayangkan, apa yang terjadi seandainya melakukan diskusi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa berbeda-beda?

Seru. Itu pasti. Dan, banyak sekali terjadi hal-hal di luar perkiraan, termasuk arah isi diskusinya. Tetapi, itu menjadi arena pembelajaran dan pembentukan mental yang sangat bagus, yaitu bagaimana bisa menghadapi orang dari berbagai latar belakang budaya sangat berbeda.

Kondisi kampus APU yang berada di atas bukit jelas membuatnya jauh dari keramaian, namun sebenarnya memiliki andil besar terhadap aktifnya kegiatan-kegiatan non-akademik. Boleh dikatakan, selama 24 jam sehari aktivitas di dalam kampus ini berlangsung tanpa henti. Dari kegiatan-kegiatan ringan, mulai sekedar kumpul-kumpul masak bersama, makan bersama, pertandingan olah raga antarnegara, sampai kegiatan klub-klub olah raga dan seni yang mencapai lebih dari 150 klub.

Kegiatan formal dan informal ini memiliki andil sangat besar dalam mengkondisikan orang-orang dari berbagai negara tersebut ke dalam satu komunitas dalam hubungan satu sama lain yang sangat mencair (melting relation). Aktivitas-aktivitas akademik dan non-akademik tersebut, yang di-setting secara sengaja atau tidak sengaja oleh pihak universitas, sebenarnya menjadi arena pembentukan jiwa lulusannya. Dan jiwa-jiwa itulah yang dianggap sedang matching dengan kondisi bursa kerja di era globalisasi ini. Karena itulah, lulusan APU sedang banyak dinantikan perusahaan multi-nasional untuk beraktifitas di arena global.

Penulis adalah Vice-Dean of Admissions, Associate Professor, Education Development and Learning Support Center (EDLSC) di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com