Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 05/07/2012, 04:56 WIB

”Kejar setoran” legislasi sukses, memang. Tetapi, daripada memperbesar angka 400 permohonan uji materi selama 2003-2012, lupakan dulu pengesahan RUU PT.

Menjadi Tetangga Saja Tidak Cukup

Judul ulasan pendek ini mengutip pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu mengenai hubungan Indonesia dan Australia.

Beberapa waktu lalu, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa ”tidak cukup Indonesia dan Australia hanya menjadi tetangga. Adalah penting sekali bagi kita untuk menjadi mitra yang kuat.”

Kita sepakat dengan pernyataan itu. Rasanya pernyataan itu pun perlu kita kemukakan lagi saat Presiden Yudhoyono tengah mengadakan kunjungan resmi ke Australia bertemu dengan Perdana Menteri Julia Gillard.

Memang tidak mudah untuk mewujudkan cita-cita itu—menjadikan tetangga sebagai mitra yang kuat. Harus diakui bahwa banyak persoalan yang ada di antara dua negara yang bertetangga ini. Meskipun kedua belah pihak terus berusaha untuk mengatasi persoalan-persoalan itu, masih saja ada masalah yang harus diselesaikan secara bersama dengan semangat sebagai negara tetangga yang bermitra.

Sekadar sebagai contoh, betapa dua negara terus berusaha meningkatkan dan mempererat hubungan. Bahkan sudah lama dilakukan. Pada 13 November 2006, parlemen kedua negara secara resmi meratifikasi kerangka kerja sama keamanan yang disebut Perjanjian Lombok.

Perjanjian itu merupakan kerangka kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam pertahanan, penegakan hukum, kontraterorisme, keamanan maritim, dan tanggap darurat terhadap bencana. Kedua negara juga akan saling menghormati dan mendukung kedaulatan, integritas teritorial, persatuan nasional, dan independensi politik satu sama lain. Ini sebuah perjanjian yang lengkap.

Tentu selama enam tahun terakhir sejak penandatanganan perjanjian itu telah banyak perkembangan, dan muncul juga banyak persoalan. Namun, Perjanjian Lombok kiranya tetap bisa menjadi kerangka acuannya.

Persoalan terakhir yang mencolok adalah menyangkut penyelundupan manusia. Meski tujuannya Australia, banyak pula yang singgah ke Indonesia. Yang menurut Yudhoyono, Indonesia juga menjadi korban dalam masalah penyelundupan manusia itu.

Karena itu, sangat penting dicari cara penanganan bersama terhadap penyelundupan manusia tersebut. Yang tentu saja, seperti pernah kita singgung dalam kolom ini beberapa waktu lalu, kita tidak akan membiarkan wilayah kita menjadi halaman depan Australia untuk menyelesaikan masalah penyelundupan manusia itu.

Kita berharap dari waktu ke waktu hubungan kedua negara semakin meningkat—meskipun kadang-kadang persoalan hubungan kedua negara dijadikan isu politik di Australia. Apa pun, harus kita akui, bahwa kedua negara saling membutuhkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com