Semua ini merupakan kejadian yang wajar dialami. Meski begitu, rasanya perlu dibahas beberapa kondisi dan persiapan, baik fisik maupun psikologis, bagi semua pihak untuk menghadapi situasi semacam ini.
Ada beberapa alasan positif mengapa seorang siswa lebih memilih berkuliah di perguruan tinggi di luar kota. Pertama, karena perguruan tinggi tersebut memiliki program studi yang memang sangat diminatinya dengan kualitas yang dipandang terbaik. Kedua, karena di kota tempat tinggalnya tidak tersedia program studi yang dicita-citakan. Ketiga, karena selain belajar, ia juga ingin mendapatkan pengalaman hidup baru yang akan memberinya kesempatan untuk melatih kemandirian diri dan sebagainya. Apa pun alasannya, kuliah di luar kota merupakan hal yang biasa terjadi dan bisa diterima masyarakat sekitar.
Dengan alasan yang berbeda, terdapat pula berbagai kondisi yang dialami mahasiswa-mahasiswi baru tersebut. Ada yang memang sudah terbiasa bepergian ke luar kota dan menyelesaikan berbagai kegiatan sendiri sehingga tidak merasa perlu memikirkan persiapan untuk hidup sendiri secara mendetail. Ada pula yang belum pernah berpisah sama sekali dengan orangtuanya, atau terbiasa diantar dan dijemput sopir menggunakan kendaraan pribadi ketika bersekolah, atau sama sekali belum pernah memasak makanan sendiri. Juga ada yang selama di SMA masih terus diawasi dalam belajar ataupun menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
Beberapa kondisi yang disebutkan terakhir mungkin membuat siswa-siswi agak tegang karena merasa akan banyak perubahan dan persiapan yang harus diupayakan di kota baru. Mereka yang berasal dari kota kecil mungkin juga merasa cemas memikirkan bagaimana mereka harus bersikap dalam bergaul dengan teman-teman barunya di kota yang dipandang lebih maju.
Apa pun kondisi mereka, yang pasti mereka harus melakukan penyesuaian diri terhadap hal-hal baru yang akan ditemui. Keberhasilan dalam beradaptasi dengan lingkungan fisik rumah dan perguruan tinggi serta kondisi cuaca, sosial, ekonomi, akademis, dan budaya setempat tak lepas dari ciri kepribadian yang telah dimiliki oleh para siswa, misalnya ada yang pemberani, optimistis menghadapi hal-hal baru, ada yang pesimistis atau pencemas, sensitif, dan mudah tersinggung.
Meskipun demikian, sebagai individu yang berada pada tahap remaja akhir, biasanya mereka masih mampu mengembangkan kepribadiannya ke arah kedewasaan yang lebih matang melalui kesempatan hidup secara mandiri.