Duka mendalam terpancar dari mata merah berlinang air mata Tauri Yusianto (49). Putra kesayangannya, kebanggaannya, Alawy Yusianto Putra (15), telah direnggut dari dia oleh keberingasan sekelompok remaja lain.
”Jangan tawuran. Itu yang selalu saya pesankan kepada dia. Dan dia selalu menjawab, ’Enggak, Pak, adik enggak tawuran’. Dia memang ingin belajar dan diterima di perguruan tinggi negeri seperti kakaknya. Makanya, dia memilih SMA Negeri 6,” ujar Tauri terbata-bata, Senin (24/9) malam, di rumah duka.
Ibarat gajah lawan gajah pelanduk mati di tengah, Alawy harus menjadi korban perkelahian jalanan yang sudah lama melekat pada SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70, Jakarta Selatan. Alawy, siswa kelas X, baru mencicipi bangku SMA dan tidak
Tauri menuturkan, Alawy tahu reputasi SMA Negeri 6 yang dipilihnya. Namun, dia tetap memilih sekolah itu demi mengejar cita-citanya. ”Mamanya khawatir kalau Alawy ikut tawuran, tetapi dia berjanji tidak akan ikut-ikutan. Tetapi, dia sekarang malah jadi korban. Saya sungguh berharap Alawy jadi korban yang terakhir. Cukup anak saya saja, jangan ada lagi,” tutur Tauri sambil mengusap air matanya.
Alawy memang bukan korban pertama. Sepanjang tahun 2012 sudah ada 18 kasus perkelahian di kalangan pelajar di Jabodetabek yang mengakibatkan korban luka ataupun tewas.
Alawy bukan kasus pertama pelajar yang tewas akibat tawuran. Sebelumnya, pada 29 Agustus, Jasuli (15), siswa SMP Negeri 6, Jakarta, berlari di lintasan rel dan tewas tertabrak kereta api saat terjadi tawuran. Kasus lain pada 12 September, Dedy Triyuda (17), siswa SMA Baskara, Depok, tewas akibat lemparan batu di kepala dan luka tusuk dalam sebuah tawuran.
Sering kali pula korbannya adalah anak-anak seperti Alawy, yang tidak terlibat, bahkan tidak tahu apa-apa tentang perkelahian tersebut. Alawy tengah duduk-duduk hendak makan saat sekelompok remaja, yang diduga siswa SMA Negeri 70, menyerang mereka. Kepada polisi yang duduk di sebelahnya, Tauri berpesan, ”Tolong ya Bu, diusut tuntas. Kalau ketemu pelakunya, tolong hukum yang berat. Mereka sudah bawa senjata, sudah direncanakan juga.”
Pada Senin lalu hingga jauh malam, kerabat dan teman-teman Alawy, juga tetangga sekitar, terus berdatangan memberikan ucapan belasungkawa. Bahkan, puluhan teman Alawy terlihat duduk-duduk di semacam pendapa di taman perumahan. Mereka memanggil
Beberapa bapak berdiri berkelompok dan membahas kejadian itu. Di ujung pembicaraan, para bapak itu pun hanya bisa prihatin dan menyesalkan kejadian tersebut.