Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gema Bahasa Indonesia di Seluruh Dunia

Kompas.com - 28/10/2012, 12:00 WIB

Oleh: Jimmy Hitipeuw

"Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."

Butir terakhir dari isi Sumpah Pemuda yang tertulis dalam ejaan lama dan dikumandangkan oleh putra-putri Indonesia 84 tahun silam ini seakan mendunia.

Suatu kenyataan dan lompatan yang sulit dibayangkan kita semua sebagai anak bangsa apabila suatu saat nanti menyaksikan Indonesia dipersatukan oleh masyarakat internasional dalam bahasa Indonesia.

Kemungkinan ini sebenarnya sudah berproses melalui akar sejarah yang terbentuk sejak tersebarnya kebudayaan dan masyarakat Indonesia hingga ke seluruh dunia beberapa abad sebelumnya.

"Halo, saya orang Indonesia," sapa seorang pria setengah baya bertampang bule yang mengaku nenek moyangnya keturunan Indonesia ke penulis saat menghadiri upacara pengibaran bendera di kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Colombo, Sri Lanka, pada 17 Agustus 2011 .

Rupanya pria yang hanya mengerti beberapa patah kata dalam bahasa Indonesia ini sudah mendapatkan informasi terlebih dulu dari staf KBRI di Colombo mengenai kedatangan penulis yang berprofesi sebagai wartawan dari sebuah media online di Jakarta saat itu.

Penulis kemudian menyadari warga keturunan Indonesia pertama yang diyakini diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Sri Lanka adalah rombongan Pangeran Adipati Amungkurat III beserta para keluarga dan pengikutnya pada 1708. Sebagian besar mereka yang diasingkan berasal dari Pulau Jawa.

Namun, ada pula yang berasal dari Sumatra, Maluku, Madura serta Tidore. Mereka yang kemudian menolak untuk dipulangkan kembali ke Indonesia kawin-mawin di antaranya dengan penduduk lokal. Sebagian besar keturunan mereka saat ini yang sudah kehilangan status kewarganegaraan Indonesia tidak mengetahui persis siapa nenek moyang mereka.

Sekretaris Ketiga Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI di Colombo, Said Fathona, menyebutkan dalam keterangan tertulisnya ke penulis bulan lalu bahwa saat ini terdapat sekitar 350 WNI di Sri Lanka dan 1.300 WNI yang sebagian besar bekerja di hospitality industry seperti hotel dan resor di Maladewa yang berada di bawah wilayah akreditasi KBRI Colombo.

Seperti menemukan oase yang merefleksikan identitas negara kita sendiri saat kita bepergian ke luar negeri seperti Australia, Belanda, Sri Lanka, Suriname, Amerika Serikat atau di negara tetangga kita di ASEAN ketika menemukan mereka yang berbicara dalam bahasa Indonesia di luar Tanah Air.

Kenyataan di atas sudah bukan hal yang baru. Data Kementerian Luar Negeri Indonesia hingga tahun 2011 mencatat terdapat 4.463.950 WNI yang tersebar di luar negeri atau terbilang terbesar kelima di dunia. Sekitar 2,5 juta WNI di antaranya berada di Malaysia dan hampir 2 juta dari jumlah tersebut adalah tenaga kerja Indonesia.

Jumlah di atas bahkan bisa membengkak dari kenyataan sebenarnya apabila kita harus menambahkannya dengan jumlah WNI yang sudah menikah dengan warga lokal dari negara yang mereka diami atau telah kehilangan status WNI dan menetap di luar negeri secara turun-temurun sejak masa kedatangan nenek moyang mereka.

Penyebaran penduduk ke seluruh dunia adalah salah satu faktor berkembangnya pemakaian bahasa Indonesia ke seluruh dunia. Tidak heran apabila China dengan jumlah penduduk terbesar di dunia atau mencapai 1,3 miliar jiwa dengan tingkat penyebaran penduduk cukup tinggi di dunia memiliki bahasa yang terbanyak digunakan di seluruh dunia. Jumlah masyarakat dunia yang menggunakan bahasa China empat kali lebih banyak dibandingkan mereka yang berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Masih ada beberapa faktor lainnya yang dapat memperluas pemakaian bahasa Indonesia hingga ke seluruh dunia di antaranya lewat kajian maupun promosi budaya dan bahasa, program pertukaran pelajar, serta berbagai kegiatan lainnya termasuk di dunia ekonomi dan hiburan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com