Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendidik Sadar Bencana Lewat Komik

Kompas.com - 21/11/2012, 11:35 WIB
Ahmad Arif

Penulis

Kenapa manga? ”Karena mudah dipahami, termasuk oleh anak-anak,” ucap Yuka yang bertugas menyiapkan narasi dan ide cerita. Nayu menuangkannya dalam gambar.

Manga begitu populer di Jepang. Beberapa majalah khusus manga beroplah lebih dari satu juta kopi per minggu. Bahkan, komik Doraemon mencapai 10 juta kopi per edisi. Tak hanya populer di Jepang, pencinta manga juga datang dari semua penjuru dunia, termasuk Indonesia. Biasanya manga berisi kisah kepahlawanan, persahabatan, atau dunia fantasi anak-anak. ”Saya ingin memanfaatkan popularitas manga untuk menyisipkan pendidikan tentang kebencanaan.”

Di sela-sela kesibukannya sebagai wartawan, Yuka menyusun ide cerita manga berisi pendidikan untuk bersiaga menghadapi bencana. Dia lalu membawanya ke sejumlah daerah rawan bencana, terutama sekolah-sekolah.

Di Aceh, Yuka tak hanya menempel poster manga berisi pendidikan bencana di sekolah. Ia juga berbicara dengan banyak orang tentang mitigasi bencana sembari mempromosikan pentingnya pendidikan kebencanaan untuk anak-anak.

”Tahun depan saya berencana ke Sri Lanka untuk hal yang sama seperti di Aceh. Cita-cita saya, manga ini bisa dibukukan,” katanya.

Pendidikan bencana

Setelah berkeliling ke banyak lokasi bencana, Yuka menyimpulkan bahwa pendidikan tentang mitigasi merupakan kunci dalam mengurangi jumlah korban. Gempa dan tsunami yang belum bisa diramalkan kapan terjadi membuat masyarakat kerap terlena dan tak mempersiapkan diri dengan baik.

”Gempa memang sering terjadi di Jepang, tetapi sebelum gempa 1995, orang Kobe sama sekali tak menduga gempa bisa mengancam mereka. Akibatnya, banyak orang tidak bersiaga,” katanya.

Padahal, gempa dan tsunami memiliki siklus. Dia akan kembali datang ke tempat yang sama secara periodik. Sebaliknya, upaya pengosongan area rentan gempa dan tsunami mustahil dilakukan.

Membentengi warga dengan tanggul atau teknologi modern juga tak pernah cukup. ”Pengalaman gempa Sendai tahun 2011 menunjukkan, infrastruktur fisik tak bisa sepenuhnya menyelamatkan orang,” katanya.

Lebih dari 10.000 orang tewas dalam gempa dan tsunami yang melanda Sendai, Maret 2011. ”Masyarakat, khususnya anak-anak, harus diberi pengetahuan memadai untuk menyelamatkan diri saat terjadi gempa dan tsunami.”

Ia menyadari, proyek manga-nya belum berarti banyak bagi dunia. ”Saya tak bisa diam saja. Saya ingin melakukan sesuatu untuk orang lain, sekecil apa pun, karena kita tak hidup hanya untuk diri sendiri.”

”Mimpi saya adalah membuat masyarakat di dunia menjadi lebih waspada terhadap bencana lewat manga,” ucap Yuka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com