Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencerdaskan Generasi Muda di Pulau Terpencil

Kompas.com - 15/12/2012, 02:10 WIB

Hari Senin dan Kamis, anak-anak datang mengikuti pendidikan bahasa Inggris dan matematika secara cuma-cuma. Dua ibu guru dengan spesialisasi bahasa Inggris dan matematika memberikan pelajaran tambahan di taman bacaan itu sekaligus memberikan tugas kepada peserta. Jumlah peserta sekitar 50 orang.

Para peserta, pembaca, dan peminjam buku tidak dipungut biaya sama sekali. Daya beli masyarakat masih sangat rendah. Yang terpenting, melalui TBSS mereka dapat pengetahuan baru, mengubah pola pikir, dan mengubah tata cara bertani, beternak, belajar, dan lainnya.

Yakoba menuturkan, dalam waktu dekat diadakan kursus musik sasando bagi generasi muda dan menganyam topi tilangga khas Rote Ndao. Alat musik khas Rote ini hanya dikenal kalangan tertentu saja.

Pengelola TBSS pun berencana memanfaatkan TBSS untuk menghapus buta aksara di Rote Ndao. Kini, masih ada ribuan warga Rote Ndao yang tidak tahu menulis dan membaca.

Belum ada buku daftar nama pengunjung, sumbangan, besar sumbangan, dan lainnya. Peminjam buku pun hanya berdasarkan sikap saling percaya. Buku-buku itu disumbang Andy F Noya (pembawa acara Kick Andy), Sarah Lery Mboeik (anggota DPD), dan sejumlah dermawan lain.

”Kami adakan program yang disebut gerakan 1.000 buku. Siapa saja yang ingin menyumbang buku, majalah, atau koran apa saja, kami terima. Buku-buku ini memiliki nilai sangat istimewa sebagai investasi sumber daya generasi muda Rote Ndao ke depan,” katanya.

Mikel Tambuwun, Pemimpin Panti Asuhan Rumah Hati Bapa Rote Ndao, yang letaknya berdampingan dengan TBSS, mengatakan, 15 anak yatim yang tinggal di panti itu pun memanfaatkan TBSS untuk belajar dan membaca. Anak-anak panti itu memiliki keterbatasan, antara lain cacat dan lemah daya ingat.

Tiga pengasuh di panti itu setiap pagi dan sore hari mengantar anak-anak tersebut ke TBSS untuk membaca, menulis, dan menghitung, serta belajar kreasi lainnya. Anak-anak sangat senang. Kebanyakan mereka tidak mengikuti pendidikan formal sehingga memanfaatkan TBSS untuk belajar.

Fitri Nggebu (12), salah satu siswi SMP 2 Kota Ba’a, juga pengunjung di perpustakaan itu, mengatakan, jika ada tugas dari sekolah, dia selalu memanfaatkan TBSS untuk mengerjakan tugas-tugas itu. Buku-buku cukup tersedia kecuali tugas kliping koran. Di TBSS belum ada koran atau majalah bekas, seperti Harian Pos Kupang, Timor Express, Victory News, Bobo, Kawanku, dan Donal Bebek.

”Lebih baik kalau pengelola menyediakan juga air minum atau makanan ringan lain atau mesin fotokopi. Untuk meningkatkan kualitas TBSS, pengunjung dapat membayar tetapi sesuai kemampuan anak-anak, seperti Rp 500 atau Rp 1.000 per pengunjung. Zaman sekarang tidak ada yang gratis lagi,” kata Fitri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com