Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Label RSBI Pun Langsung Dihapus

Kompas.com - 10/01/2013, 02:42 WIB

Di SMP I Kota Cirebon, misalnya, fasilitas laboratorium sangat lengkap. Ada 10 laboratorium, seperti Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Komputer, dan laboratorium IPS.

Kondisi ruangan kelas di SMP I Kota Cirebon itu lebih mewah dibandingkan dengan sekolah lain di kota pesisir tersebut. Bangunan sekolah bertingkat dua itu masing-masing ruangan kelasnya dilengkapi dengan dua AC, sebuah proyektor yang dipasang di atap kelas, dan komputer di meja guru. Di depan ada papan tulis serta dinding proyektor.

Sekolah-sekolah berstatus RSBI lainnya kondisinya relatif sama. Fasilitas sangat lengkap, proses belajar-mengajar menggunakan dwibahasa—Indonesia dan Inggris—serta di sejumlah sekolah RSBI sering terlihat guru-guru berkewarganegaraan asing.

Diskriminasi

Untuk menikmati berbagai fasilitas tersebut tentu saja biayanya tidak murah. Sekolah kemudian memungut uang masuk dan uang SPP bulanan dari orangtua siswa yang tentu lebih mahal dari sekolah reguler.

Di sinilah masalah itu timbul. Karena memungut biaya mahal, akhirnya hanya anak-anak dari keluarga kaya yang bisa masuk atau diterima di sekolah RSBI.

”Tujuan awalnya memang untuk menampung anak-anak berprestasi. Tapi kenyataannya, prestasi saja tak cukup sehingga anak-anak orang kaya yang bisa diterima di RSBI,” kata Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Cirebon Djodjo Sutardjo.

RSBI mengalokasikan 20 persen kursinya untuk siswa cerdas dari keluarga miskin. Pada kenyataannya, ketentuan ini tidak mudah. Kalaupun ada anak- anak cerdas dari keluarga miskin, sebagian dari mereka minder masuk RSBI karena melihat kondisi ekonomi teman-temannya berbeda. Misalnya laptop, telepon genggam, dan perlengkapan lain yang harganya cukup mahal.

Sekolah juga biasanya melakukan studi banding atau pertukaran pelajar ke sejumlah negara, seperti Malaysia, Singapura, Australia, bahkan Amerika Serikat.

Mohammad Sugiarto, Wakil Kepala SMP I Kota Cirebon Bidang Sarana dan Prasarana, mengatakan, tahun 2011 ada 12 siswa yang dikirim ke Singapura untuk pertukaran pelajar selama seminggu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com