Di tangan para mahasiswa Institut Kesenian Jakarta, sebuah karya Molière, Si Bakil
Di panggung yang tertata mirip panggung komedi situasi ala Srimulat, lengkap dengan balai-balai, pintu rumah, juga pintu dan jendela sebuah kamar di depan rumah, Badu mengendap-endap. Ia mengintip lubang kunci pintu di dinding samping kamar, sedikit berisik.
Juragan Malik, yang diintip, mendengar suara gaduh. Ia membuka jendela di sisi depan kamar, melongokkan kepalanya keluar jendela lalu menoleh ke kiri-kanan. Penonton tergelak karena Malik tak bisa melihat Badu yang mengintip dari lubang kunci pintu.
Penonton makin tergelak ketika Badu mengendap bak berpantomim, mendekati jendela kamar di depan rumah sang juragan kikir. Begitu Badu mengintip dari sela jendela, Malik justru sedang membuka pintu kamar dan mencari-cari. Badu tak melihat Malik, Malik pun tak melihat Badu, penonton kian lepas tertawa. Akhirnya ”ketegangan” itu tentu saja mudah diduga, Malik memergoki Badu mengintip kamarnya.
Itulah secuplik adegan Si Bakil, sebuah saduran atas karya pujangga Perancis, Moliere, yang digarap Himpunan Mahasiswa Program Studi Teater IKJ dan dipentaskan, 8-9 Februari 2013, di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Molière, nama panggung Jean-Baptiste Poquelin, menciptakan komedi L’Avare ou l’Ecole du mensonge sebagai drama satir atas situasi Paris.
L’Avare
Si Bakil
Jalinan kisahnya memang mengolok-olok kekikiran Juragan Malik yang diperankan jenaka oleh Indra Achoy. Kisah berakhir mudah karena ternyata Neng Anna dan Slamet adalah kakak-beradik anak seorang kaya bernama Raden Musa. Akhirnya, Masnin dan Manan menikahi kekasih mereka.
Sutradara Jolly Masnarsijabat dan Farie Judhistira benar-benar membumikan drama komedi
Keseleo lidah muncul di sana-sini, misalnya Ali si koki (Richard Kalipung) yang salah menyebut dirinya sebagai juru tulis. Syafrudin yang memerankan Bin Gaus tampil dengan suara sengau dan celotehan asalnya. Si Bin Gaus ini adalah rentenir kelas gurem, yang menjanjikan pinjaman uang untuk biaya kawin lari Manan dan Neng Anna.
Celakanya, ternyata Bin Gaus adalah kaki tangan Juragan Malik. Seluruh plot Si Bakil yang memang lucu berhasil digarap lucu pula oleh Jolly dan Farie.
Dosen IKJ Frans Joseph Gintings pun menyebut pilihan garapan Jolly dan Farie berhasil mengundang tawa penonton.
”Namun, penonton yang repot tertawa tak akan sempat menangkap kegetiran satir L’Avare. Sindiran tentang sifat tamak dan kikir seperti menguap diembusi lawakan demi lawakan itu,” kata Frans.