Tentu saja kita akan bertemu dengan banyak kata-kata baru (new vocabulary), yang bisa dicari artinya di dalam kamus. Saya sendiri sampai sekarang berlangganan komik dan cerita elektronik, sehingga untuk translate vocab baru, biasanya menggunakan google translate. Atau kalau mau arti yang lebih komplit dari suatu kata, bisa menggunakan online dictionary dari Miriam Webster.
Kenapa menggunakan komik, cerita atau bahan bacaan lain yang disenangi? Mudah saja jawabannya: karena biasanya dengan mengerjakan sesuatu yang disenanginya, pasti tidak akan mudah bosan dan lebih cepat masuk ke pikiran dan bisa gampang kembali teringat. Setelah merasa “khatam” dengan sistem ini, bisa ditingkatkan dengan membaca koran-koran berbahasa Inggris seperti The Jakarta Post, Jakarta Globe, Antara News dan lain-lain.
Tentu saja di sini kita akan menemukan banyak vocab baru yang lebih beragam serta pola kalimat yang mungkin berbeda dari yang kita temui selama belajar bahasa Inggris. Tapi bukankah kita bisa belajar lebih banyak lagi dengan itu? Buatlah catatan di dalam notebook kecil yang bisa kita bawa kemana-mana dan bisa dilihat kembali kapanpun kita mau.
Satu cara lagi yang pernah saya aplikasikan untuk reading ini adalah dengan bekerja sebagai translator (penerjemah). Saat masih kuliah S1 dulu, saya bekerja di rental computer milik kakak saya dan salah satu bidang usahanya adalah menerima jasa terjemahan. Kebanyakan menerjemahkan ragam artikel dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Tentu saja, untuk melakukan pekerjaan ini saya harus membaca artikel tersebut sampai ke titik komanya, untuk memahami artinya dan menerjemahkannya dengan benar.
Cara ini memberikan kesempatan untuk menambah vocab baru ke dalam memori, sekaligus juga menambah tebal dompet, karena dari pekerjaan tersebut saya juga digaji per halaman hasil terjemahannya. Salah satu kesempatan yang berlimpah adalah menerjemahkan artikel-artikel wikipedia dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia yang caranya bisa dilihat di halaman wikipedia ini.
Bagi yang gak mau kerja sebagai translator pun, sebenarnya bisa dimulai membaca berbagai artikel dan jurnal berbahasa Inggris, karena dalam perkuliahan di luar negeri, membaca artikel dan jurnal adalah pekerjaan harian untuk mahasiswa. So, what are we waiting for?
2. Listening
Pekerjaan mendengarkan mungkin terasa remeh dan kurang dianggap oleh banyak orang. Tapi dalam belajar Bahasa Inggris, mendengar (listening) adalah pangkal kita memahami bahasa ini. Bisa dimulai dengan tentunya mendengarkan media audio atau audio-visual yang menggunakan bahasa Inggris.
Kegiatan ini akan sedikit ribet, karena pada dasarnya bahasa Inggris mempunyai perbedaan yang nyata antara written dan spoken words. Misalnya huruf ‘a’ dibaca ‘e’. Huruf ‘i’ dibaca ‘ai’ dan seterusnya. Tapi ini tidak akan lama menjadi masalah begitu kita membiasakan diri mengenal bunyi kata yang diucapkan, plus disertai dengan ekspresi wajah dari orang yang mengucapkannya.
Langkah selanjutnya, setelah mendengarkan bunyi kata dan memperhatikan ekspresi wajah adalah menyimak artinya. Ini bisa dilakukan dengan melihat subtitle yang ada di setiap film berbahasa Inggris. Kita bisa melakukannya per kata, atau bahkan per kalimat. Metode ini lebih baik dilakukan jika kita memiliki file audio-visual tersebut (baca: film), karena jika ada satu vocab atau kalimat yang menarik perhatian kita, kita bisa mengulang lagi ke bagian tersebut.
Menonton kembali secara berulang-ulang sebuah film yang kita sukai juga membantu kita dalam mengingat apa saja percakapan dan adegan yang ada di dalam film tersebut. Dan tentunya akan sangat membantu kita memperkaya kosa-kata verbal kita.
3. Speaking
Ngomong suatu bahasa yang kita sendiripun baru mengenalnya setelah dewasa, sangat-sangat susah untuk dilakukan. Tapi percayalah, walaupun berat mulut kita untuk terbuka dan mengucapkan sepatah dua patah kata “bahasa alien” tersebut, setelah sekali dua kali ngomong, pasti akan terasa lebih mudah untuk memecah kebekuan yang ada.
Kembali sedikit ke masalah listening tadi, kita sudah menonton film yang kita sukai. Kita juga sudah melihat bagaimana aktor dan aktris kesayangan kita beradegan. Pasti dengan mudah kita bisa membayangkan kembali bagaimana mereka berdialog. Bagaimana mimik mukanya, gerak bibirnya, bahkan bahasa tubuh dan gesture-nya pasti bisa kita ingat.
Coba tirukan di depan cermin ‘speaking’ yang kita lakukan. Ini akan sangat membantu, karena kita bisa mengamati bagaimana ekspresi kita sendiri di depan cermin. Mungkin jika melakukannya bersama-sama dengan orang lain masih ada yang malu, karena takut salah. Tapi dengan mencoba cara ini, kita bisa memperhatikan setiap detail perkataan yang kita ucapkan.
Mulailah dengan mengucapkan kata demi kata. Perhatikan bagaimana setiap kata tersebut kita ucapkan. Lakukan koreksi, jika nada dan bunyi suara yang keluar menyebabkan pronunciation (lafal) yang berbeda. Hal ini akan menyebabkan arti kata juga berbeda. Misalnya kata “flower” dan “flour” yang nyaris bersifat homofon. Kata yang pertama mempunyai penekanan huruf “r” dengung yang lebih kuat dibandingkan dengan kata kedua. Dengan memperhatikan bagaimana ekspresi pengucapan kita di depan cermin, akan membantu kita mendapatkan bentuk pengucapan yang sempurna.
Yang terakhir dari bagian ini, menurut saya, adalah keluar dari persembunyian kita dan mencari seseorang untuk kita melakukan praktek. Boleh jadi kita telah jago bicara dengan bayangan kita di cermin. Sekarang bagaimana melakukannya dalam kondisi yang riil. Yang termasuk riil di sini adalah bagaimana mengatasi rasa grogi saat berbicara dengan menggunakan bahasa baru ini.