Banyak lembaga pendidikan bahasa asing yang mengajak peserta didiknya untuk turun ke lapangan, biasanya ke lokasi-lokasi wisata, mencari turis-turis asing dan kemudian mendorong peserta didiknya untuk berbicara dengan mereka. Saya pikir, cara yang dilakukan ini tidak akan dengan serta merta membikin para peserta didik langsung jadi jago ngomong, tapi paling tidak akan membuat mereka menghilangkan rasa dag-dig-dug ketika ngomong.
Ingat, gak ada kok orang bule yang bakal “menerkam” kita kalo kita salah ngomong ke mereka. Mereka justru menghargai usaha kita untuk bisa bicara dalam bahasa mereka, dan kadang mereka juga turut memberikan bantuan bagaimana ngomong yang benarnya. Kalau misalnya si bule sedang tidak ingin diganggu, ucapkan terima kasih dan cari bule yang lain yang bersedia. Ready to try this part out?
4. Writing
Kalau untuk bagian ini, saya masih terlalu awam. Saya hanya pernah menulis beberapa artikel ilmiah dan tidak banyak yang bisa diberikan untuk bagian ini. Yang jelas, yang pernah saya coba lakukan dalam hal writing adalah membuat naskahnya terlebih dahulu dalam bahasa Indonesia, baru kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Tentu saja jasa penerjemah elektronik seperti google translate atau Transtool bisa dipakai.
Tetapi saya selalu menemukan kalau susunan kalimat dan bahkan kata-kata yang digunakan banyak yang rancu. Ujung-ujungnya tetap kita sendiri yang mengoreksi dan menulis ulang semuanya agar benar-benar terasa sesuai dan tepat. Mulailah menulis satu paragraf saja terlebih dahulu.
Untuk mencapai hal tersebut, cobalah pikirkan satu kata yang mudah, yang bisa kita pakai sebagai inti kalimat. Setelah dapat katanya, coba buat satu kalimat dengan menggunakan kata tersebut. Setelah itu terus diperluas dengan menambahkan kalimat baru atau dengan meng-upgrade kata-kata yang sudah digunakan dalam kalimat pertama. Misalnya, saya terpikir kata “egg” atau telur. Bisa saja saya jadikan kata tersebut sebagai pencetus untuk kalimat “I hate egg very much”. Itu sudah satu kalimat. Bisa kemudian saya perluas kalimatnya menjadi “I hate egg very much because it causes allergic reaction and makes me feel itchy everywhere” Atau dengan menambahkan kalimat lain. “I hate egg very much. I have bad experience with egg when I was a child. I tried to make an omelet, but I cracked a rotten egg. It was stinky…. Bla bla bla…..” Mudah gak kira-kira?
Oke, itu mungkin panjang lebar cerita kita tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Tentunya itu semua dilakukan sebagai supplement (pelengkap) terhadap proses belajar secara formal yang dilakukan di sekolah atau di tempat kursus. Yang jelas, bahasa Inggris itu intinya adalah praktek. Melakukannya tidak bisa hanya dengan menghafal tanpa pernah “ngomongin”.
Secara keseluruhan, jika Anda telah menguasai bahasa ini dengan baik dan ingin mengikuti sertifikasi kemampuan berbahasa Inggris, saya menyarankan untuk mencoba IELTS, karena menurut saya system ini yang paling mudah dibandingkan dengan TOEFL (internet atau paper-based).
Selamat mencoba!!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.