Harap-harap Cemas Siswa Berkepanjangan

Kompas.com - 18/04/2013, 11:53 WIB

KOMPAS.com - Astri Wulandari (18) tak menyangka pelaksanaan ujian nasional tahun ini tertunda. Padahal, antusiasme siswa SMA Negeri 12 Makassar, Sulawesi Selatan, itu begitu tinggi. Setahun terakhir ini, hampir setiap hari ia pulang malam karena ikut bimbingan belajar.

Dalam beberapa hari belakangan, Astri mendapatkan informasi yang simpang siur tentang jadwal ujian nasional (UN). Begitu pula Fransiska (18), teman sekelas Astri, yang baru tahu pelaksanaan UN diundur lewat televisi dan internet pada Minggu (14/4) .

”Waktu itu, kami dapat info jadwal UN diundur jadi Rabu (17/4). Eh, ternyata berubah lagi jadi Kamis,” kata Fransiska. Pihak sekolah baru memberi tahu para siswa pada malam harinya melalui pengumuman yang disebarkan di jejaring sosial Facebook.

Karut-marut pelaksanaan UN tahun ini mengusik konsentrasi para siswa SMA/SMK (dan sederajat) di 11 provinsi, mencakup enam provinsi di Pulau Sulawesi dan lima provinsi lainnya, yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Hajatan nasional yang dikerjakan secara ”amatiran” oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat anak-anak remaja itu untuk sementara menahan diri bernapas lega. Padahal, mereka telah mempersiapkan diri secara intensif setahun belakangan ini. Setelah mengikuti kelas tambahan hingga pukul 17.15, Astri dan Fransiska mengambil les privat pukul 18.30-21.00.

Rasa galau turut melanda Siska Novianti (15), siswa SMP Frater Makassar. Ia khawatir pelaksanaan UN pada Senin (22/4) mendatang ikut tertunda karena naskah soal dicetak oleh perusahaan yang sama, PT Ghalia Indonesia Printing.

Dini, siswa SMA 1 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, juga deg-degan, belum bisa bernapas lega. ”Harusnya sudah terlampaui dua hari ujian dan tinggal dua hari lagi. Setelah itu tenang. Namun, saat ini belum juga mulai ujian,” ucapnya.

Sebaliknya, Ida, siswa SMK 1 Banjarmasin, cukup senang dengan penundaan ini karena dia bisa lebih optimal menyiapkan diri. ”Hanya saja masih bingung perihal paket soal yang ada. Katanya ada 20 paket. Itu nanti pembagiannya seperti apa ya?” ucapnya.

Bagi Rizki Aulia, siswa SMK Negeri 1 Gorontalo, penundaan UN di Gorontalo dirasakan sebagai sesuatu yang menggembirakan sekaligus memperpanjang rasa waswas. Awalnya ia dan teman-teman di sekolah belum tahu perihal penundaan itu. Mereka tetap datang ke sekolah hari Senin sesuai jadwal.

Rizki senang karena masih ada waktu untuk memperdalam materi UN. Namun, penundaan tersebut sekaligus memperpanjang rasa cemas dalam dirinya.

Kecemasan berkepanjangan turut dirasakan Abdul Rahman, siswa SMA 1 Gorontalo. Dia sudah berkonsentrasi penuh dan siap ”perang” menghadapi ujian pada Senin lalu. Namun, setelah mendengar kabar penundaan dari sekolah, konsentrasi menghadapi ujian sempat buyar.

Namun, ada juga sebagian siswa yang memetik manfaat dari penundaan UN. ”Waktu penundaan kami manfaatkan untuk belajar bersama di sekolah dibantu guru,” kata Rahman.

Kepala Sekolah SMK 1 Gorontalo Rustam Umalu mengatakan, pihaknya mengadakan try out demi memantapkan kecakapan siswa menjawab soal.

Adik kelas terganggu

Wakil Kepala SMA 1 Banjarmasin Abdul Hadi menilai, penundaan UN tak hanya merugikan siswa kelas III sebagai peserta ujian, tetapi juga mengusik kelancaran masa belajar adik- adik kelas mereka.

”Siswa kelas I dan II jadi terganggu waktu belajarnya. Sebelumnya hanya dijadwalkan libur empat hari, kini liburnya harus bertambah panjang,” ucapnya.

Halaman:
Baca tentang


    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau