”Itu pun guru maunya segera diselesaikan tanpa peduli siswanya paham atau tidak,” ujarnya.
Menurut Soedijarto, sejak tahun 1947, Indonesia sembilan kali ganti kurikulum. Umumnya karena perubahan politik/landasan hukum penyelenggaraan pendidikan nasional.
Secara teoretis, perubahan kurikulum seyogianya dilakukan setelah penilaian, seperti Kurikulum 1975. ”Perubahan berkali-kali tak berdampak perbaikan mutu pendidikan,” ujarnya.
Menurut Itje, penerbit buku seharusnya bisa mencari makna sebenarnya dari tematik integratif. ”Saatnya penerbit profesional,” kata dia.