Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Kau Kelak Jujur Melangkah...

Kompas.com - 23/05/2013, 02:17 WIB

Garin merintis ”tradisi baru” mendongeng ini bersama tokoh-tokoh, seperti Franky Sahilatua (almarhum), Sukardi Rinakit, Muslim Abdurachman, Benny Susetyo Pr, dan beberapa tokoh pemerhati persoalan bangsa.

Mereka melanjutkan tradisi sastra tutur dengan memadukannya dengan tradisi trubador, musisi/penyanyi yang bertutur lewat lagu. Dulu Franky Sahilatua menjadi pasangan Garin dalam berbagi cerita keliling ke berbagai daerah, seperti di Ende, Medan, Manado, dan sejumlah kota di Jawa.

Di BBJ malam itu, Dongeng untuk Bangsa menampilkan penyanyi Widyawati, Edo Kondologit, Cornelia Agatha, Fetty Febiola, dan Endah Laras. Dongeng dikemas dengan kesadaran pertunjukan untuk publik yang sudah begitu dimanja dengan hiburan visual. Lihat saja bagaimana Cornelia Agatha dengan gaya ala penyanyi kabaret berlenggok-lenggok menggemaskan bernyanyi lagu rakyat Maluku ”Tanase”.

Aspek hiburan, unsur gebyar, memang tak terhindarkan. Dengan kemasan itu, hakikat dongeng diharapkan tersampaikan pada khalayak yang heterogen.

Tema dongeng yang diangkat memang bukan lagi soal kancil dan petani, tetapi bisa sangat beragam, seperti soal energi, lingkungan, karakter bangsa, pendidikan, kemiskinan, atau apa saja tergantung situasi dan tempat.

”Tapi, goal-nya tetap seperti pendongeng di masa lampau, yaitu mengetuk nilai-nilai hidup dan berbangsa. Hanya saja diaktualkan,” kata Garin.

Di BBJ, sesuai tema, dilibatkan Wamen ESDM Susilo Siswoutomo. Pak Wamen, seusai ikut membawakan lagu ”Ibu Pertiwi” mendongeng tentang kekayaan Ibu Pertiwi (yang dalam lagu disebut ”sedang bersusah hati”).

”Saya kalau mendengar lagu ini selalu bersedih hati,” katanya lalu mengutip Pasal 33 UUD 1945. Bahwa bumi, air, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. ”Itulah esensi cinta kita bagi Ibu Pertiwi,” kata Susilo.

Ia lalu bertutur tentang vitalnya energi dalam kehidupan. ”Jika listrik mati saat ini, maka seluruh rangkaian acara Dongeng untuk Bangsa ini akan bubar. Energi sudah menjadi kebutuhan primer sama seperti kebutuhan pangan. Kegalauan saya adalah masalah hemat energi,” tambahnya.

Pilihan kita, menurut Susilo, adalah menghemat energi dan menguri-uri (memelihara) kekayaan alam. ”Yang belum kita punya adalah kesadaran untuk jangan dihabiskan,” kata Susilo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com