Kondisinya saat ini, banyak orang tua yang bekerja dan tidak mempunyai banyak waktu untuk mengajari anaknya, sehingga mereka memasukkan anaknya ke institusi yang sifatnya lembaga seperti TK.
Mengenai bentuk penguasaan bahasa, diperbolehkan selama anak sudah memegang satu bahasa yang sudah dikuasai. Namun, sebaiknya orangtua fokus terlebih dahulu mengajarkan anak satu bahasa utama, kemudian diperkenalkan dengan bahasa lainnya seperti bahasa Arab, Inggris, ataupun bahasa daerah. Jika memang anak belum bisa, dapat kembali berkomunikasi menggunakan bahasa ibu.
Kecerdasan bahasa memang penting. Namun, harus ada bahasa yang total dikuasai terlebih dahulu sebagai pegangan.
Problematika anak
Masalah anak yang paling umum ditemui adalah konsentrasi sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki ketika anak memasuki SD. IQ tinggi, tetapi jika konsentrasinya rendah, maka prestasinya pun tidak akan menonjol di sekolah.
Selanjutnya, mengenai hal taat aturan. Anak-anak membutuhkan latihan yang diberikan sejak usia 3 tahun agar mereka terbiasa dengan aturan. Jadi, ketika di SD mereka di kelas tahu saat harus diam dan tidak mengobrol, karena mereka terbiasa dengan aturan. Jika tidak terbiasa, maka mereka akan selalu melanggar aturan.
Masalah lain adalah kesulitan belajar. Tetapi, ini bentuknya lebih organis karena menyangkut gangguan pada fungsi otak. Anak yang mempunyai masalah ini dapat diatasi dengan perlakuan yang sesuai dengan diagnosisnya.
Hal lainnya adalah adanya kelas akselerasi. Ada beberapa kasus yang ditemui ketika anak 15 tahun sudah menginjak kelas 3 SMA, ternyata anak itu mulai menyadari dan mempertanyakan kapan waktu bermainnya. Di sisi lain, anak tersebut terlihat lebih "anak-anak" dibandingkan teman sekolahnya. Usia dan pola pikir si anak berbeda dengan teman-temannya.
Anak di lingkungan demikian sering merasa tertekan dan menjadi korban kekerasan. Walau bedanya hanya 3 tahun lebih muda dari usia normal kelas 3 SMA (17-18 tahun), namun anak itu merasa beban ketika dianggap sebagai orang dewasa.
Selanjutnya, sekolah rumah atau homeschooling, juga mempunyai efek positif dan negatif untuk anak. Positifnya, keamanan anak terjamin dan terpantau dalam jangkauan pengamatan orangtua. Anak juga fleksibel dalam waktu belajar, dan lebih mendapat perhatian oleh gurunya.
Namun, tentu, ada sisi negatifnya. Kesempatan mereka untuk bersosialisasi dan belajar berbagi terbilang rendah, termasuk kemampuan dalam hal yang sifatnya pertemanan lebih sedikit. Walaupun kebanyakan pertimbangan sekolah rumah itu masalah fleksibelitas waktu belajar, anak-anak secara tidak langsung didukung untuk "tidak bertanggung jawab" terhadap yang mereka lakukan.
Misalnya, anak-anak yang berprofesi sebagai artis, mereka tidak harus bekerja di usianya. Hal ini erat kaitannya dengan eksplorasi anak sehingga tidak benar terlepas dari apapun tujuannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.