Syahrial mengaku, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh masih lebih banyak mengulas filosofis pendidikan. Dia mengatakan, sudah seharusnya Mendikbud mengulas bagaimana pendidikan mengarah untuk pembangunan era global sehingga benar-benar lebih menggali kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk Indonesia di kancah global.
"Termasuk untuk menyambut ASEAN Free Trade 2015. Kita belum ada konsep sama sekali menghadapi ASEAN Free Trade Area. Tak ada guidance dan motivasi dari mereka (Kemendikbud). Malaysia saja sudah berulang kali menyelenggarakan Malaysia Goes to 2015. Jadi, dapat terbayang, apa yang dapat kita lakukan nanti. Kalau seperti sekarang, ya kita repot," katanya.
"Sekarang hasilnya sarjana dan profesor malah jadi koruptor. Sudah jelas profesor itu ilmunya tinggi sekali. Tapi, kalau mau jadi kaya, ya harus jadi pengusaha, bukan jadi pejabat dan terus korupsi. Sekarang kita cuma jadi pembantu di negara lain, enggak jadi tuan rumah lagi," tambahnya.
Syahrial berharap, ke depan pendidikan karakter benar-benar diperkuat sejak SD. Hal itu harus didukung kuat dengan menomorsatukan pendidikan agama.
"Tidak hanya Islam, tapi semua agama. Saat saya berkunjung ke Jepang, ada dompet jatuh di kereta, masih utuh dompetnya sampai keesokan harinya. Kenapa, karena di Jepang ditumbuhkan sebuah budaya yang baik dan diajarkan keimanan yang baik pula. Apabila mengambil yang bukan milik kita, ya berdosa. Walaupun saya enggak kaya banget, buat apa masuk neraka karena makan uang rakyat. Hidup itu bukan hanya di dunia!" ucapnya.
Berantas pengangguran
Tak cukup mengembangkan LP3I, di ultah perak LP3I tahun ini Syahrial membangun Syahrial Center demi mendukung kemauan kerasnya, yaitu menanamkan pendidikan karakter dan soft skill pada masyarakat. Tujuannya cuma satu, memberantas pengangguran.
Sebagai program corporate social responsibility (CSR) dari lembaga pendidikan yang didirikannya itu, salah satu kegiatan Syahrial Center adalah memberi Pelatihan Spiritual Entrepreneurship Quotient (SEQ) gratis bagi warga, yang baru-baru ini dilaksanakan di Depok. Ia berkeras, pelatihan SEQ ini mampu menggugah dan membangun karakter masyarakat yang hingga kini banyak tergerus dalam praktik-praktik kemunduran moral.
"Seperti berbohong yang sudah menjadi kebiasaan, monopoli usaha, hingga praktik korupsi yang semakin banyak terkuak. Semangat untuk mengubah diri itulah yang perlu kita kuatkan dulu di masyarakat," ujarnya.
Seperti kepada para mahasiswanya, Syahrial juga menegaskan kepada warga bahwa untuk menjadi seorang pengusaha haruslah memiliki mental pemimpin, pandai memotivasi, berpikir positif, mampu membangun etos kerja dan keberanian serta keyakinan diri untuk selalu positif memandang masalah dan mampu memecahkan masalah.
"Kesuksesan bukan sebuah keberuntungan, tapi dibangun melalui visi dan misi," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.