Ini Arahan Mendikbud di Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan!

Kompas.com - 06/03/2014, 11:18 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Hari pertama pelaksanaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2014, Rabu (5/3/20140), diawali dengan arahan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh kepada para peserta. Beberapa poin disampaikan Mendikbud dalam arahannya itu antara lain potensi Indonesia di tahun 2030, pergeseran populasi, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia, serta bonus demografi.

Mendikbud mengatakan, dirinya tidak pernah bosan memberikan paparan mengenai potensi Indonesia sebagai salah satu negara besar di dunia. Saat ini, lanjut dia, Indonesia berada pada posisi 16 besar di dunia, dan pada 2030 mendatang berpotensi masuk 7 besar dunia.

"Ini menunjukkan optimisme bahwa negara kita itu negara besar. Insya allah, Indonesia akan jadi negara yang luar biasa. Itulah yang selalu saya sampaikan dalam setiap kesempatan, kapan pun dan di manapun," ujar Mendikbud, Rabu sore.

Sebagai negara besar, Indonesia juga berpotensi memiliki pergeseran populasi dari desa ke kota. Karena itu, kata Nuh, jika tidak dipersiapkan dengan baik, banyak hal yang akan hilang dari karakteristik dasar seseorang atau masyarakat. Mendikbud pun mengimbau agar perguruan tinggi untuk mempersiapkan rekayasa sosial perubahan masyarakat desa ke kota sehingga nilai-nilai dasar suatu masyarakat desa masih bisa terjaga.

Terkait aspek bonus demografi, Mendikbud mengingatkan seluruh peserta RNPK untuk berperan serta dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia, terutama generasi muda.

"Kita punya modal anak muda yang luar biasa. Itu akan jadi bonus demografi kalau anak mudanya berkualitas. Kalau tidak, akan jadi bencana demografi," katanya.

Dia melanjutkan, salah satu cara untuk meningkatkan kualitas generasi muda itu adalah melalui pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bisa dilihat dari tiga faktor, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita. Dari hasil sebuah survey, Mendikbud menuturkan, koefisien korelasi antara pendidikan dengan IPM sebesar 0,9.

"Artinya, pendidikanlah yang mampu memiliki efek pengali atau multiple effect terhadap faktor kesehatan dan pendapatan," jelasnya.

Karena itu, generasi muda, yaitu mereka yang berusia 0-19 tahun harus dipersiapkan dengan memberikan mereka skill yang dibutuhkan sesuai perkembangan zaman. Generasi muda Indonesia harus bisa bersekolah sedini mungkin dan setinggi mungkin. Mendikbud mengatakan, hal tersebut bisa dicapai dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan akses pendidikan.

Evaluasi Kinerja

Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, evaluasi yang dilakukan dalam RNPK 2014 mencakup butir-butir tugas yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2009-2014. Ibarat sekolah, lanjut Nuhm evaluasi ini seperti ujian.

"Mata pelajaran yang mau diuji apa, ya yang tertuang dalam RPJMN, apa saja yang diagendakan dan hasilnya seperti apa," kata Mendikbud.

Dia menambahkan, tidak hanya tugas dalam RPJMN, RNPK ini juga mengevaluasi kontrak kinerja Mendikbud dan arahan presiden untuk pendidikan. Dari evaluasi tersebut, akan didapatkan seperti apa raport Kemdikbud selama empat tahun ini.

Ada tiga materi yang dinilai dalam evaluasi pendidikan kali ini, mulai dari ketersediaan akses, kualitas dan relevansi, serta tata kelola. Untuk akses, menurut Mendikbud, faktor yang mempengaruhi adalah ketersediaan dan keterjangkauan. Adapun untuk kualitas dan relevansi dipengaruhi tiga hal, pendidik, kurikulum, dan sarana prasarana.

"Meski guru dan dosennya bagus, tidak serta merta kualitas akan bagus. Kurikulum dan sarana prasarana juga harus bagus," katanya.

Mendikbud mengatakan, hingga saat ini Kemendikbud telah melakukan tugas yang diberikan, baik dari RPJMN, kontrak kinerja, maupun arahan-arahan presiden.

"Baik dari sisi akses maupun persiapan menuju kualitas, kami telah menyelesaikan dengan baik. Walaupun untuk pelaksanaan kurikulum dibutuhkan waktu 3-4 tahun lagi untuk melihat hasilnya," katanya. (DESLIANA MAULIPAKSI/ALINE ROGELEONIC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau