BASE merupakan program joint venture antara ASO College, salah satu sekolah robotik terkemuka di Jepang, dengan Binus University. Program kerjasama ini membuat kedua institusi pendidikan itu memiliki peran yang lebih dari sekadar kerjasama.
"Joint venture ini merupakan proses 'perkawinan' antara ASO College dan Binus. Jadi, ada tabungan bersama yang berasal dari gabungan pendanaan keduanya," ujar Ho Hwi Chie, Dean of Binus ASO School of Engineering, di Kampus Kijang Binus University, Rabu (10/12/2014).
BASE sendiri merupakan satu-satunya sekolah untuk jurusan bidang robotik di Indonesia. Sekolah ini mencoba menggabungkan antara mesin dan komputer dalam satu produk engineering.
Sekolah tersebut memiliki dua program studi utama, yakni Automotive Robotic Engineering dan Product Design Engineering. Kedua program studi itu sama-sama fokus pada bidang teknik, tapi berbeda pada eksekusinya.
"Automotive robotic engineering lebih mempelajari otomatisasi dalam bidang kendaraan bermotor, sementara product design engineering menciptakan karya-karya fungsional yang membantu dalam kehidupan manusia tapi dengan harga ekonomis," jelas Ho Hwi Chie.
Mahasiswa BASE program studi automotive robotic engineering berusaha membuat benda mati, dalam hal ini kendaraan bermotor, memiliki “pikiran” atau intelegensia. Salah satu proyek yang tengah mereka kerjakan adalah sebuah prototipe mobil yang mampu melambatkan lajunya dengan otomatis.
"Kita sedang membuat prototipe mobil yang apabila melanggar marka jalan, maka ia akan otomatis melambat. Ini berfungsi untuk mengurangi kecelakaan ketika mengantuk karena mobil akan mengurangi kecepatannya dan pengendara mobil akan bangun begitu sadar mobilnya melambat," jelas Ho Hwi Chie.
Sementara itu, program studi product design engineering berlandaskan ilmu teknik industri yang menggunakan sumber daya secukupnya dan tak berlebihan. Output dari program studi ini adalah mahasiswa akan mampu menciptakan ide-ide problem solving dan produk hasil inovasi yang nilai gunanya bertambah.
"BASE mencoba mempersiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi AFTA 2015. Jangan sampai anak bangsa malah jadi penonton di negeri sendiri," ujar Ho Hwi Chie.
Dia menambahkan, pembentukan BASE sebagai sekolah robotik satu-satunya di Indonesia bukan tanpa alasan. Selaku selaku induk utama BASE, pihak Binus University melihat adanya kesempatan yang terbuka lebar bagi lulusan BASE.
"Artinya, pasarnya sebetulnya ada. Ada harapan bagi orang-orang Indonesia, bahkan dunia, untuk memaksa membeli barang-barang dari luar negeri. Nah, kenapa kita tidak ciptakan sendiri. Cuma, ilmu-ilmu robotik ini masih kurang mendapatkan perhatian, dan kita malah fokus pada ilmu-ilmu dasar," jelas Ho Hwi Chie.