"September lalu, awal datang ke sini, saya sangat happy. Bisa jalan-jalan, mata kuliah belum banyak, cuaca juga bersahabat. Kemudian, saat masuk winter, suhu mulai dingin, bisa minus 9 atau minus 11 derajat," tutur Triyani di acara StuNed Day 2015, Sabtu (7/3/2015).
Sejak musim dingin itulah, suasanya mulai berubah. Tugas-tugas kuliah semakin menumpuk. Setiap hari Triyani lebih sering ngendon di perpustakaan, bahkan bisa sampai jam 12 malam.
"Dingin, banyak tugas, kangen rumah, kangen gado-gado, kangen pempek, semua menumpuk jadi satu. Saking stresnya, berat saya turun 20 kilogram. Semula berat saya 77 kilogram," tambahnya.
Triyani menuturkan, pada awal-awal kuliah semester pertama, hidupnya memang terasa nyaman di Groningen, Belanda. Ibarat bulan madu, semua yang terlihat dan terasa begitu indah. Masuk semester dua, ia nyaris tak bisa kemana-mana.
"Sekarang saya sudah mulai melewati fase itu. Alhamdulilah, saya bisa survive," ujarnya
Koordinator Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono, pada kesempatan sama mengatakan bahwa memang secara umum ada empat fase studi yang kerap dialami mahasiswa Indonesia di Belanda. Pertama pertama adalah fase bulan madu (honey moon phase).
"Fase di awal-awal kuliah ini biasa memang begitu. Kaget atau shock itu hal biasa, tinggal bagaimana kita mengolahnya dengan hal-hal positif," ujar Indy.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.