Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obituari Sony Sugema, Raja Bimbel SSC

Kompas.com - 31/01/2016, 13:14 WIB

Fastest solution, kata Sony, adalah cara belajar agar pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Apabila siswa mudah memahami pelajaran, siswa akan lebih bersemangat untuk belajar.

Selain the fastest solution, Sony juga memiliki metode lain, yaitu learning is fun. Dengan metode ini, kata Sony, siswa akan lebih bergairah dan bersemangat dalam mempelajari pelajaran-pelajaran yang selama ini dianggap menakutkan, seperti matematika dan fisika.

"Sebelumnya, banyak siswa yang geuleuh (tidak suka) sama Matematika. Sekarang, dengan metode ini, kami membuat anak mencintai matematika," kata Sony.

Dengan kedua metode pengajaran tersebut, mau tidak mau pengajar yang berminat untuk menjadi guru SSC harus memenuhi sejumlah kriteria. Di antaranya, selain menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, pengajar juga tidak boleh terlalu serius dan dapat diterima oleh siswa.

Sebelum menjadi pengajar pun, kata Sony, mereka harus melewati beberapa tes. Ujian yang pertama adalah tes tertulis untuk mengetahui seberapa jauh calon pengajar menguasai materi pelajaran yang diajarkan.

Setelah itu, mereka diharuskan melakukan simulasi mengajar di depan guru-guru SSC. Setelah magang selama tiga bulan, barulah calon pengajar tersebut diangkat menjadi pengajar tetap.

Gaji yang diterima para pengajar cukup memadai, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 50.000 setiap jam mengajar. "Kami kan harus memperhatikan kesejahteraan guru-guru," kata Sony.

Selain berkat doa dan kasih sayang ibu, Sony mengaku, salah satu kunci kesuksesannya yang lain adalah berani untuk gagal. Kelemahan yang terdapat pada sebagian besar anak muda, kata Sony, adalah karena sebagian besar dari mereka takut gagal. Padahal, kata Sony, dengan kegagalan, kita bisa belajar banyak.

"Perusahaan besar saja pernah gagal. Namun, umumnya, orang tidak pernah melihat kegagalan sebelum kesuksesan yang mereka raih sekarang," kata Sony.

Dia juga menilai, anak muda sekarang umumnya tidak mau bersakit-sakit dalam memulai suatu usaha.

Sony memang berhasil mengembangkan bisnisnya—yang semuanya masih di bidang pendidikan—hingga menjadi empat perusahaan.

Tidak heran jika dia menerima penghargaan dari ITB berupa Penghargaan Alumni ITB Berprestasi tahun 2002 dalam bidang industri. Sebelumnya, Sony memperoleh penghargaan Citra Top Executive Indonesia tahun 1997 dan masuk dalam 50 Enterprise Semangat Wirausaha Indonesia dari majalah SWA dan Accenture.

Serius dan berkemauan keras memang salah satu falsafah hidupnya. Hasilnya, dia sukses pada usia muda. Menurut pepatah, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. (Bu/DMU)

Untuk berlangganan harian Kompas, klik: http://kiosk.kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com