Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Haji Kecil Mengejar Mimpi

Kompas.com - 24/03/2016, 14:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

“Pintar betul budak, ni”

“Tak usah heranlah. Ayahnya pintar.”

“Kelak kalau besar mesti dia juga akan pergi sekolah ke kota, macam abang-abangnya.“

Itulah omongan orang di sekitarku yang sering aku dengar, usai aku membaca doa. Abangku memang sekolah di kota. Tak banyak orang kampung kami yang sekolah, apalagi sampai ke kota.

Umumnya anak kampung kami hanya sekolah sampai kelas dua atau tiga. Sesudah itu dia sudah cukup umur untuk diajak bekerja di ladang atau kebun kelapa. Jadi tak perlu sekolah.

Hanya sedikit yang mau sekolah sampai tamat kelas enam. Dan hampir tak ada yang menyambung ke SMP. Karena kalau menyambung harus ke kecamatan atau ke kota.

Aku tahu kalau kelak aku tamat SD aku akan menyambung ke kota. Emak sudah berjanji pada kami anak-anaknya. Semua akan menyambung. “Biar nanti kalian bisa jadi pegawai.” begitu kata Emak.

Aku suka benar membayangkan kalau kelak aku sekolah ke kota. Sesekali aku pernah ikut Emak ke kota. Aku suka sekali. Banyak mobil, becak, honda. Semua itu tak ada di kampung kami. Karena itu tak banyak anak kampung yang pernah melihatnya. Aku pernah melihatnya berkali-kali. Jadi aku sering bercerita kepada anak-anak kampung tentang ini.

Tapi aku ingin melihat lebih. Di kampong kami ada beberapa orang haji. Kalau hendak pergi haji mereka mengundang kenduri. Tentu, aku Pak Haji Kecil juga hadir, dan membaca doa. Kelak kalau mereka pulang dari haji, mereka juga mengadakan kenduri lagi. Di situ nanti banyak cerita tentang perjalanan haji.

Yang aku dengar, orang perlu ke kota untuk pergi haji. Dari situ terus naik kapal terbang ke Jakarta. Lalu ke Mekah. Di Mekah inilah haji dilaksanakan.

"Mak, aku ingin ke Mekah,“ kataku suatu hari pada Emak.

"Bagus lah tu. Kelak Haji Kecil ini pasti jadi haji besar.”

“Bukan cuma naik haji, Mak.”

“Dah tu, nak apa?”

“Aku nak sekolah, Mak. Lepas SD di sini, nanti ke kota. Lepas tu ke Jakarta. Lalu nyambung sekolah ke Mekah.“

Emak tersenyum senang.

"Tentu-tentu. Anak Emak yang pintar mesti sekolah tinggi.”

Sejak itu, usai membaca doa, aku selalu menceritakan rencana itu kepada semua pendengarku. Aku akan sekolah tinggi, sampai ke Mekah!

Akhirnya aku tak sekolah ke Jakarta, tapi ke Yogya. Tak ke Mekah, tapi ke Jepang. Ke mana pun juga, aku telah mencapai mimpi kecilku dulu. Mimpi yang tercapai, rasanya sangat indah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com