Pahit getir pun remuk redam adalah pelangi di antara cerahnya canda tawa dan tawa riang para pencinta. Sedu pun nyaris tak terlewat dari setiap kisah cinta.
"Aku terisak. Aku bangkit dari ruang tengah menuju ke kamarku kembali, menyambar bolpoin yang berserak di meja dan mulai menulis dongeng-dongeng, membuat kisah-kisah. Lalu, satu per satu mengajakku membincangkan tentang sebentuk rasa yang orang-orang sebut cinta, lebih jauh dan berbeda.
Kuraih ponsel, beberapa pesan nyatanya sudah masuk terlebih dahulu lewat getar-getar yang kuabaikan. Pesan darinya lagi, yang bilang ia sedang sibuk menggambar dan mencoret sketsa, ia ingin tahu bagaimana rupa hati yang remuk."
"Ia pun mengirimkan potong-potong gambarnya yang merekam jejak-jejak kenangan yang sepi. Lalu, keajaiban terjadi: beberapa kalimat pada tumpukan kisah-kisahku meloncat-loncat keluar dan mencari pasangan gambarnya masing-masing—yang sekiranya punya satu rasa untuk bersuara. Aku tertegun, kuusap air mataku.
Yang menyakitkan adalah ketidaksetiaan, yang mengecewakan adalah kebohongan, yang melukai adalah permainan, yang menghancurkan adalah pengkhianatan, yang membunuh adalah kehilangan, dan sejenisnya.
Cinta yang kita bicarakan adalah... satu-satunya yang tidak menyakiti, mengecewakan, melukai dan lain-lainnya yang kamu sebutkan tadi.
Jari-jariku bergetar. Hatiku gemetar untuk melanjutkan. Ia ikut menangis..."
Cinta selalu mendapat porsi yang lebih banyak, lebih besar, sebab sejatinya kita diisi olehnya.
(Veronica Gabriella|Leo Paramadita)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.