Amanda Witdarmono

Pernah menjadi siswa, pernah menjadi guru, dan suka sekali berada di sekolah.

Sekolah untuk Apa jika Sumber Pengetahuan Dapat Digantikan Internet?

Kompas.com - 12/05/2016, 17:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Lebih di luar ilmu

Faktor lain yang menyebabkan angka partisipasi yang rendah adalah kurangnya dorongan dari orangtua akan pentingnya sekolah. Para orangtua mungkin saja tidak pernah mengenyam pendidikan, pun merasakan dampak positif dari bersekolah. Oleh karenanya, ia tidak dapat membagikan pengalaman yang membuat anaknya termotivasi untuk terus berada di bangku sekolah.

Sebenarnya, sekolah memberikan bekal yang jauh lebih besar dari ilmu. Pertama-tama, sekolah memiliki fungsi sosial untuk membiasakan anak-anak dengan norma bermasyarakat yang ada di sekitar kita. Budaya antre, budaya hormat, bahkan kebiasaan menyapa satu dengan yang lain diajarkan melalui interaksi di sekolah, dan harapannya, mereka akan tumbuh besar dengan kebiasaan ini.

Kemudian, sekolah menjadi tempat untuk mengajarkan sikap saling menghormati, pengolahan rasa, dan kemampuan sosial-emosional yang lain melalui hubungan antar-manusia. Siswa belajar untuk mengelola dan mengendalikan emosi sehingga mereka bisa meredam amarah dan mengekspresikannya dengan sesuai.

Sementara itu, guru juga belajar untuk berempati dengan kondisi keluarga siswa yang terkadang menghambat kelancaran proses belajar-mengajar.

Masih banyak bekal yang akan didapatkan oleh siswa, di luar ilmu semata. Namun, bekal ini sering kali tidak kita akui karena kita terpaku pada pengetahuan, dan juga karena tidak banyak orangtua yang telah mendapatkan bekal non-ilmu ini dari sekolah.

Diperlukan kerja sama lintas sektor yang dapat membawa generasi muda Indonesia kembali ke bangku sekolah. Diperlukan ekosistem yang memberikan apresiasi tinggi pada persekolahan sehingga anak ataupun orangtua berniat untuk memberikan ruang untuk pendidikan.

Mimpi dan kerja keras orangtua adalah sebuah awal dari pintarnya seluruh anak Indonesia. Kelanjutannya menjadi tanggung jawab kita semua....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau