Syukur adalah menyadari bahwa tidak ada yang memberi kenikmatan kecuali Allah SWT. Ar-Raghib Al-Isfahani, seorang pakar bahasa Al-Quran, menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran bahwa kata syukur mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.
Kata "syukur" ini berasal dari kata “kasyara” yang berarti "membuka" sehingga ia merupakan lawan dari kata "kafara" (kufur) yang berarti menutup, yang salah satu artinya adalah melupakan nikmat dan menutup-nutupinya.
Dengan demikian, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya. Bersyukur juga berarti menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya secara lisan, sesuai dengan petunjuk Al-Quran.
"“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya," (Adh-Dhuha: 11).
Allah SWT menghubungkan syukur dengan zikir. Orang yang bersyukur kepada-Nya niscaya adalah hamba-Nya yang senantiasa berzikir (ingat) kepada-Nya. Allah SWT berfirman: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku," (Al-Baqarah: 152).
Kedudukan syukur sangatlah penting, karena bersyukur ternyata merupakan indikator keimanan kepada Allah SWT. Salah satu ayat Al-Quran menggambarkan sikap bersyukur sebagai penyembahan tunggal kepada Allah. "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya Dia saja yang kamu sembah," (Al-Baqarah: 172).
Lantas bagaimana bersyukur dalam penerapannya? Menurut Al-Ghazali, cara bersyukur adalah dengan hati, lisan, dan anggota-anggota tubuh lainnya. Syukur dengan hati adalah tidak mengalamatkannya kepada makhluk dan senantiasa menghadirkannya dalam zikir kepada Allah SWT.
Syukur dengan lisan adalah menampakkannya dengan pujian-pujian yang ditujukan kepada-Nya. Adapun dengan anggota-anggota tubuh yang lain adalah dengan menggunakan kenikmatan-kenikmatan Allah SWT di dalam ketaatan kepada-Nya dan merasa takut untuk menggunakannya dalam kemaksiatan.
Syukur juga sangat erat kaitannya dengan kebahagiaan. Orang yang selalu bersyukur atas berbagai kenikmatan yang dia miliki akan merasa bahagia. Dengan mensyukuri apa yang ada baginya, maka rasa sedih, duka, dan berbagai penyakit hati seperti iri dan dengki dapat terusir dari dalam hati. Orang yang bersyukur akan merasa puas dengan hidupnya dan itu artinya ia bahagia.
Nah, sudahkah Anda bersyukur?
SAPTONO RAHARJO/BHUANA ILMU POPULER)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.