Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Janji

Kompas.com - 29/06/2016, 12:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Kini masyarakat yang melihatnya seolah mendapat hiburan. Setiap anak ini bergaya membawa mobil di tengah keramaian, apalagi ke tengah pasar, maka orang-orang yang melihatnya berteriak seru: Maju! Maju!

Mendengar teriakan ini anak itu langsung maju setengah berlari. Kemudian terdengar teriakan lain: Atret! Atret! Mendengar teriakan ini, anak ini langsung berlaga mundur. Sejak itu anak yang telah menjadi gila tersebut dipanggil Atret!

Cerita di atas merupakan kisah nyata yang saya lihat sendiri ketika saya masih SD.  Sangat menyedihkan. Bisa-bisanya orangtua berjanji tanpa melihat kenyataan hidup. Tidak menyadari siapa dirinya.

Menyayangi anak tidaklah salah, tetapi mengucapkan janji palsu pada anak sendiri, bisa jadi berdosa. Pepatah mengatakan, janji adalah utang. Berjanjilah sesuai dengan kemampuan, baik dari sisi biaya, waktu, dan kondisi yang ada.

Alangkah baik bila berterus-terang, apa adanya, sebab anak tahunya menerima saja. Anak hanya mengingat janji yang ditepati, sebab anak sangat percaya pada orangtuanya.

Tanpa disadari, mengabaikan janji berpengaruh buruk pada sisi kejiwaan anak. Jadilah orangtua yang bijak,  baik dalam berbicara maupun bertindak.

Selain itu, orangtua harus belajar memahami dan menyelami jiwa anak. Bisa jadi anak itu bermula dari stres berkepanjangan, berlanjut depresi, akhirnya gila.

Perubahan-perubahan ini lolos perhatian orangtua ini. Bisa jadi karena ketidaktahuan sebagai orang desa mengenai perkembangan jiwa anak. Mungkin juga dibiarkan saja dengan perkiraan ”tidak apa-apa”.

Dalam psikologi populer disebutkan 10 karakter manusia yang berpengaruh pada orang lain. Kesepuluh tipe tersebut, yaitu tipe Split Mirror, tipe Mirage, tipe Fire Tongue, tipe Stork Bird, tipe Soybean, tipe Empty Vat, tipe Long Nose, tipe Faucet, tipe Rumpled Yarn, tipe Gecko.

Tipe-tipe tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Akan tetapi, di sini tidak akan dijelaskan satu persatu, tetapi yang paling pas bila dikaitkan dengan makna kata “janji" yaitu tipe Soybean.

Orang dengan tipe Soybean mudah memberi janji, meluncur begitu saja dari mulutnya. Anehnya, tipe orang seperti ini mudah pula ingkar janji. Ada saja alasan yang keluar untuk mengingkarinya.

Luarbiasanya, bila ia ingkar janji, sikapnya biasa-biasa saja. Tidak merasa  bersalah. Tipe seperti ini sulit dipercaya dalam segala hal. Lidah memang tidak bertulang. Janji menyangkut nama baik, menyangkut kepercayaan. Mencederai janji, mencederai kepercayaan.

Berkaitan dengan janji, berikut ada kisah nyata yang bisa menjadi teladan buat kita semua. 

Ada seorang ayah yang selalu berkata kepada anaknya sebelum berangkat ke sekolah: Anakku, apa pun yang terjadi, Papa akan selalu bersamamu!

Suatu ketika terjadi gempa tahun 1988 berkekuatan 6,9 skala Richer yang memporakporandakan negara Armenia (bagian dari Uni Soviet waktu itu). Gempa luarbiasa ini mengakibatkan 45.000 warga Armenia meninggal. Saking dahsyatnya, Uni Soviet menetapkan Hari Berkabung Nasional.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com