Mahasiswa banyak menyia-nyiakan waktu karena memang tidak pernah merencanakan untuk mengisi waktunya. Agenda mereka selain kuliah selalu kosong. Maka mereka selalu menganggap waktu di luar kuliah adalah waktu bebas. Makanya mereka melewatkannya dengan santai.
Seseorang dengan tujuan dan rencana punya agenda untuk dilakukan hari ini, besok, minggu depan, dan seterusnya. Di pagi hari ia akan menyusun agenda soal apa saja yang harus dikakukan hari ini. Ada target yang harus dicapai.
Setelah kuliah jam 9 saya harus melakukan ini, sampai jam 12. Kemudian ada kuliah sampai jam 3, setelah itu saya akan melakukan itu.
Orang dengan rencana seperti ini akan fokus mengerjakan hal-hal yang sudah ia rencanakan, dan tidak akan menyia-nyiakan waktunya.
Tapi bagaimana menghindari godaan dari teman-teman? Kalau tidak bergabung nanti dianggap tidak solider dan bisa dikucilkan.
Perhatikan bahwa hampir setiap mahasiswa mengeluh seperti itu. Saya tidak disiplin karena pengaruh teman. Kalau semua mahasiswa yang tidak disiplin mengaku akibat pengaruh teman, lantas siapa sebenarnya yang mempengaruhi?
Sebenarnya mereka itu adalah kumpulan orang-orang yang tidak disiplin dan saling mempengaruhi. Tapi mereka selalu merasa diri mereka terpengaruh oleh orang lain. Inilah yang disebut dengan perspektif korban.
Maka tinggalkanlah perspektif korban itu dengan bersikap proaktif, tumbuhkan perspektif bertanggung jawab.
Tanggung jawab itu dalam bahasa Inggris adalah responsibility. Response-ability. Artinya seseorang yang bertanggung jawab adalah orang yang bisa memilih respons dia terhadap suatu keadaan di depannya.
Seorang mahasiswa yang bertanggung jawab selalu bisa memilih, mengikuti ajakan nongkrong dari teman, atau menjalankan rencana yang sudah dia susun untuk hari ini.
Orang dengan perspektif korban selalu menganggap dirinya dalam posisi tidak punya pilihan. Padahal ia punya pilihan. Hanya saja, ia tidak menyukai resiko-resiko atas pilihan tersebut.
Ya, setiap pilihan punya resiko. Memilih untuk tidak nongkrong bisa jadi akan dikucilkan, atau setidaknya terlewatkan dari obrolan seru. Itu sebuah resiko yang sangat tidak disukai anak muda.
Padahal, memilih untuk nongkrong juga punya resiko, yaitu tidak tercapainya target membangun skill tadi. Yang ini sebenarnya resiko yang jauh lebih besar, karena menyangkut masa depan.
Maka saya selalu anjurkan untuk berhenti bersikap dengan perspektif korban. Jadilah orang yang bertanggung jawab, yang membebaskan diri mengatur respons yang akan dipilih dengan kesadaran atas resiko yang diambil pada setiap pilihan. Be the captain of your own life.
Jadi, bagaimana caranya agar bisa mengatur waktu dengan disiplin?