Kedua, dengan menulis resensi saya sudah meringkaskan bagian paling penting, kutipan paling penting dari buku tersebut.
Terkadang buku tersebut akan saya butuhkan lagi saat saya menulis hal lain, namun kerap kali saya cukup membaca saja resensi yang pernah saya tulis untuk mengetahui inti sari sebuah buku yang telah saya baca tersebut.
Ketiga, setelah resensi selesai ditulis, saya tinggal menyasar media mana yang mau menerima tulisan saya. Peluang tulisan resensi dimuat, sejauh pengalaman saya menunjukkan, cukup besar.
Mengapa demikian? Karena lebih sedikit orang mau menulis resensi buku, yang menyaratkan orang membaca buku tertentu dulu lalu menuangkan pemikirannya. Hal ini sebaliknya yang terjadi dengan dunia penulisan opini. Penulisan opini saya harus bersaing dengan lebih banyak penulis yang kalibernya luar biasa.
Sekedar ilustrasi saja, di Harian Kompas saya mendengar bahwa dalam satu hari ada sekitar 100 tulisan opini yang masuk dan harus diperiksa redakturnya, dan redaktur hanya akan memilih 3-5 tulisan per harinya untuk dimuat. Sisanya ya tak terpakai.
Dan persaingannya pun tajam, mulai dari menteri, direktur anu dan presiden anu, kandidat PhD di sana, guru besar perguruan tinggi di sini, dan lain-lain. Sementara itu tulisan resensi buku mungkin belum tentu ada 5 terkirim dalam satu harinya.
Sudah habis keuntungannya jadi penulis resensi buku? Belum, masih ada dua keuntungan lain.
Keempat, tulisan resensi yang dimuat ada honorariumnya. Lumayanlah sekedar untuk mengganti ongkos beli buku dan untuk beli buku baru, atau sekedar traktir teman, atau bayar kos-kosan.
Kelima, hasil resensi yang telah termuat di media, bisa anda bawa ke penerbitnya, dan penerbit akan sangat menghargai orang yang mau meresensi buku terbitannya.
Apakah isinya memuji atau mengritik itu soal lain, tapi jika resensi itu termuat di media, itu sudah dianggap promosi bagi isi buku tersebut.
Penerbit biasanya akan rela untuk menghadiahkan penulis resensi dengan buku lain yang cocok dengan minat si penulis. Nah, apa kurang enaknya?
Jadi, mulailah baca buku dan memanen uang dari hasil bacaan anda tersebut. Apalagi sejumlah buku yang saya baca dan saya resensi terkadang buku terbitan luar negeri dan cukup mahal harganya. Jadi biaya beli buku harus balik modal donggg....
Tapi setelah dipikir-pikir lagi, mendingan Anda tak usah mengikuti saran saya jadi penulis resensi ya, nanti saya jadi tambah banyak punya saingan penulis resensi dong....
Jangan dimasukkan ke hati ya, baca bukunya saja ya dan hal-hal baik yang bisa disebut sebagai keuntungan akan mengikuti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.