Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Era MEA, Bekali Anak Biar Tak Cuma Jadi Penonton di Negeri Sendiri!

Kompas.com - 30/09/2016, 13:48 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

STEAM merupakan singkatan dari Science, Technology, Engineering, Arts, and Maths. Mengadopsi metode pembelajaran ini, pendidikannya menekankan pengembangan pola pikir yang tak hanya fokus pada satu bidang.

“Dengan mengenalkan STEAM sejak dini, siswa akan terlatih melakukan analisis secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan," ungkap Jefri Saputra, guru matematika di Sampoerna Academy, saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (27/9/2016).

Selain itu, lanjut Jefri, siswa juga diajak melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang mereka terima, serta bersikap terbuka terhadap berbagai kemungkinan.

Siswa, papar Jefri, diberi kesempatan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan suatu masalah. Metode tersebut mendorong pula para siswa terbiasa bekerja sama—baik dengan sesama siswa maupun guru—dalam menyelesaikan tantangan.

Penerapannya, siswa dilatih melakukan eksperimen, alias Project Based Learning (PBL). Memakai pola ini, para siswa dapat mempraktikkan ilmu dan keterampilannya secara kreatif dalam sebuah riset kolaboratif. Guru, kata Jefri, lebih berperan sebagai pendamping, dengan siswa menjadi pusat pembelajaran.

STEAM pada akhirnya diharapkan mendorong minat dan kecintaan siswa terhadap sains dan teknologi, sejak dari masa pra-Taman Kanak-kanak (TK). Ini karena media pembelajaran banyak juga menggunakan game dan gadget.

Siswa diarahkan untuk tidak memanfaatkan keduanya sebagai permainan saja—sebagaimana yang sering dikhawatirkan orangtua—tetapi juga menjadikannya pendukung yang efektif dalam proses pembelajaran.

Sesuai jenjang pendidikan

Sampoerna Academy menerapkan STEAM untuk para siswa sejak tingkat pra-TK. Penerapannya tentu saja menyesuaikan usia dan pemahaman siswa.

Untuk siswa pra-TK, salah satu perkenalan siswa terhadap STEAM diaplikasikan lewat permainan lego Duplo. Ini adalah permainan balok susun tematis.

Tema seperti kebun binatang atau kantor pemadam kebakaran mengajak anak bermain sembari tanpa terasa belajar.

Pada tahap ini, fokus pendidikan adalah mengasah keterampilan dan pemahaman konsep. Di sini siswa belajar mengenal beragam kosa kata, konsep berhitung, warna, angka, dan bentuk.

Pengenalan warna, misalnya, dilakukan dengan mengajak anak mencampur beragam warna untuk mendapatkan satu warna tertentu.

Proyek yang lebih "serius" di jenjang pra-TK adalah memastikan tanaman tak mati saat ditinggal berlibur. Selama dua pekan para siswa diajak bereksperimen sampai bisa membuat vertical hydro garden, dengan sistem pengairan otomatis.

Beda lagi untuk para siswa Sekolah Dasar (SD). Teknologi makin kental dipakai di jenjang ini. Di sini siswa diajak memanfaatkan gadget dengan benar, tak hanya untuk bermain game online.

Pemanfaatan gadget untuk para siswa SD antara lain untuk pelafalan kata dalam bahasa Inggris. Siswa diajak mendengar langsung cara native speaker melafalkan suatu kata dari rekaman di gadget.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com