Membaca bukan sekedar literasi aksara. Membaca adalah menelaah, mendalami, meneliti, dan menyampaikan.
Bangsa yang membaca akan lebih bijak, karena ia memilki banyak jendela untuk memandang masalah dari berbagai sudut.
Bangsa yang membaca adalah bangsa yang mencari solusi dengan melihat ke dalam (inward looking) dan bukan sibuk berteriak menghujat pihak lain sebelum melihat kepada dirinya sendiri.
Bangsa yang membaca adalah bangsa yang terstruktur cara berpikirnya, karena membaca buku fiksi maupun nonfiksi sama-sama menstimulasi kerja otak.
Bangsa yang membaca adalah bangsa yang ‘tenang’, tidak grasak-grusuk. Karena membaca membutuhkan ‘ruang tenang’ baik itu di perpustakaan, maupun di bis atau kereta komuter yang padat penumpang sekalipun.
Bangsa yang membaca adalah bangsa yang memiliki kepekaan dan kesadaran. Kesadaran terhadap dirinya, kekuatan dan kelemahannya dan kepekaan terhadap sekelilingnya. Bangsa yang membaca tidak mudah menyebar hoax ke berbagai media sosial, tidak membuang waktu berdebat untuk hal yang tidak jelas dasarnya.
Bangsa yang membaca memiliki lisan yang santun, runut dan kental karena merupakan hasil dari menghimpun, mengamati, merenungkan, dan merefleksikan apa yang dilihat, dan dirasakan.
Buku adalah tentang peradaban. Hanya bangsa yang membaca yang memiliki karakter dan peradaban tinggi. Bangsa yang tidak membaca lambat laun akan tersingkir dari peradaban.
Seperti dikatakan oleh Bung Hatta: "Aku rela di penjara, asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”
Ya, bangsa yang membaca adalah bangsa yang merdeka...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.