Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/04/2017, 15:17 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Namun, saat salah satu sudah mendominasi, entah hewan atau manusia, cerita bisa berbeda. Tempat hidup dan makanan sudah tak lagi terpenuhi secara natural. Di sinilah berita-berita soal kemunculan piton bakal makin sering terjadi.

Kasus ini sebenarnya tak jauh beda dengan kemunculan harimau ke perkampungan di Sumatera, atau serbuan orangutan ke area rumah warga di Kalimantan. Buat hewan, insting adalah yang terdepan, apalagi kalau urusannya makan.

(Simak juga: Visual Interaktif Kompas "Derita Penjaga Rimba-Kisah Tragis Orangutan di Kalimantan)

Dari rangkaian peristiwa mendadak piton ini, apa tantangan dan kebutuhan solusinya?

Apapun makhluk hidup yang pernah terdaftar menjadi penghuni Bumi, semua tak terpisah dari namanya “rantai makanan”. Ini urutan makan-dimakan-memakan—yang dulu sih diajarkan di sekolah dasar, semoga sekarang masih begitu.

Mau kutu, lebah, serangga, lalat, tikus, kecoa, apalagi sapi dan manusia, semua tak begitu saja terpisah tanpa terkait urusan makan-dimakan-memakan ini. Ular pun demikian. Bahwa hubungannya tak langsung tersaji di piring, itu beda cerita.

Poinnya, solusi yang dihadirkan tentu saja tak bisa sekadar “musnahkan” hewan-hewan yang dianggap mengerikan dan berbahaya itu. Satu makhluk hilang, akan ada kelebihan populasi makhluk lain yang bisa jadi gangguan buat keseimbangan alam.

Lagi pula, hewan dan manusia juga punya kaitan dengan tumbuhan, sumber makanan lain buat manusia. Hubungannya lagi-lagi timbal balik juga.

Bisa jadi ya, apa pun peristiwa yang terjadi terkait makhluk selain manusia ya tidak lebih dan tidak kurang karena perbuatan manusia. Bagi hewan, insting hanya sesuai kebutuhan dan keadaan. Namun, buat manusia, upaya yang dilakukan sering kali melebihi yang diperlukan.

Siapa manusia yang melakukan apa, bisa panjang pembahasannya. Namun, segala hal dimulai dari diri sendiri dan semua yang ada dalam jangkauan dulu, bukan?

Menambah pengetahuan soal alam dan memperbanyak wawasan untuk meminimalkan kejadian terkait alam, barangkali bisa jadi langkah awal.

Jangan tunggu lagi ada peristiwa “mendadak semut” ya....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com