Seperti dikutip dari Kontan, proses pemahatan patung ini dilakukan di Bali. Bobot patung ini mencapai 7 ton. Untuk sampai ke Jakarta, patung ini menumpang pesawat Hercules melalui Bandara Halim Perdana Kusuma.
Sang pemahat, Made Budiasa, mengaku membeli bahan patung ini dari penemunya senilai ratusan juta rupiah. Dia mengatakan, seharusnya butuh waktu satu tahun untuk penggarapan “normal” patung semacam itu. Namun, permintaan Bursa Efek Indonesia hanya memberinya waktu tiga bulan.
Budiasa menyebutkan, dia sampai melibatkan 20 orang untuk mengejar tenggat waktu itu. "Akhirnya, bisa kekejar," imbuh Budiasa, seperti dikutip Kontan edisi Jumat (28/7/2017), saat patung tiba di Jakarta.
Nah, sempat ada netizen yang komentar, kenapa tidak elang jawa saja yang jadi ikon bursa? Mungkin netizen ini pakai pertimbangan banteng kurang berasa Indonesia.
Bagaimana proses pemilihan ikon ini, boleh jadi ada banyak cerita. Namun, banteng wulung juga berasal dari Indonesia, ternyata. Bahkan, ada legenda tentangnya.
Setidaknya, Noni Saptawati pernah menuliskan ulang cerita rakyat banteng wulung ini. Dari tulisan itu, dia memenangi lomba penulisan cerita anak yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Konon, banteng wulung merupakan legenda yang sudah menjadi cerita rakyat di tanah Pasundan. Intinya, banteng wulung merupakan simbol untuk kejayaan.
Wah, jadi panjang juga cerita soal ikon baru Bursa Efek Indonesia ini ya. Buat yang gemar selfie dan butuh lokasi baru, silakan juga lho menyambangi sisi utara Bursa Efek Indonesia untuk bersua dengan patung banteng wulung di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.