KILAS

Komunitas Belajar Dukung Pendidikan Anak TKI di Malaysia

Kompas.com - 13/11/2017, 15:15 WIB
Kurniasih Budi

Penulis


KOMPAS.com - Pemerintah mengutus 83 guru untuk mendidik anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mengadu nasib di Malaysia pada 7 Agustus 2017 lalu.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga Agustus 2017 telah mengirim guru ke Malaysia sebagai 8 tahap. Pengiriman guru ke Malaysia untuk mendidik anak-anak TKI dilakukan pertama kali pada 2006.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com pada Senin (13/11/2017), pelaksanaan pendidikan untuk anak TKI ini tidak lepas dari peran guru dan pendiri community learning centre (CLC ) di Malaysia.  

Hingga kini terdapat tiga CLC yang ada di Sabah, Malaysia yaitu CLC St Thomas di Kampung Sawah, Tuaran, Kinabalu; CLC SD Cempaka  dan CLC SMPT Kundasang di wilayah Kundasang dan Ranau, Sabah Malaysia; serta CLC Bhinneka Tunggal Ika yang terletak di Jalan Balai Polis, Pekan Kundasang, Gundasang Ranau, Sabah Malaysia

Baca: Mereka yang Diutus Mengajar Hingga ke Negeri Jiran

Kondisi kelas CLC St Thomas, di Kampung Sawah, Tuaran, Kinabalu, Malaysia tampak sederhana tetapi semangat siswa dan guru tetap menggelora.

Pendiri CLC  St Thomas Florence Dominus Eden mengatakan, ide membuat tempat belajar muncul karena prihatin dengan para orangtua yang begitu  ingin menyekolahkan anak-anaknya, tetapi fasilitasnya tidak ada.  

“Saya berpikir apa yang bisa dilakukan untuk mereka? Akhirnya Saya membuka hati untuk mereka, “ kata perempuan itu.

Bersama suami dan saudara lainnya, Florence mendirikan CLC St Thomas  pada  20 Desember 2012.

Kantor Imigrasi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, akan mendata anak-anak TKI yang bersekolah di sana. Pendataan dilakukan untuk mengetahui jumlah anak-anak TKI yang tak berdokumen bersekolah di Nunukan.KOMPAS.com/SUKOCO Kantor Imigrasi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, akan mendata anak-anak TKI yang bersekolah di sana. Pendataan dilakukan untuk mengetahui jumlah anak-anak TKI yang tak berdokumen bersekolah di Nunukan.

Kawasan sekitar sekolah  dikelilingi  perkebunan getah, jagung, dan sayur-sayuran. Pekerjaan orangtua rata-rata sebagai petani, buruh dan rumah tangga.

Anak yang  bersekolah di CLC St Thomas datang dari  kawasan Tamparuli, Tuaran, dan Telipok. Kebanyakan jarak rumah dan sekolah kurang dari satu kilometer. Mereka datang dengan naik bus, diantar orang tua, naik sepeda, dan berjalan kaki.  

Kini sekolah memiliki delapan kelas, terdiri dari kelas 3M, kelas 1 sampai dengan 6, dan kelas 7. Seluruhnya menggunakan 5 ruang. Jumlah murid sudah mencapai 114 anak.

Kelas 3M  sebanyak 17 anak, kelas 1 (5 anak), kelas 2 (19 anak), kelas 3 (22 anak), kelas 3 (22 orang), kelas 4 (11 orang), kelas 5 (18 anak). Adapun, siswa  kelas 7 (SMP) berjumlah 12 anak.

Sementara, CLC SD Cempaka dan CLC SMPT Kundasang yang baru berdiri tahun lalu di wilayah Kundasang dan Ranau, Sabah Malaysia.

Pengelola CLC tersebut Rafika mengatakan, pada umumnya orangtua menginginkan anak-anaknya sekolah.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau