Ada yang bisa menahan anak-anak itu? Ada yang sanggup menahan laju kemajuan itu?
Tidak ada. Yang bisa dilakukan adalah mengimbanginya, mendampingi dan mengarahkan mereka. Karena, tak semua yang hadir di internet lewat gawai-gawai itu adalah putih.
Sejatinya, larangan sekolah agar anak didik tidak membawa gawai pintar (smartphone) pun belum maksimal menahan laju anak untuk menyelami internet lebih dalam lagi.
Tak cukup pula waktu orang tua di rumah mengawasi mereka setiap menit, jam atau hari. Karena, ini memang zaman now, eranya anak-anak milenial yang mau tak mau dikelilingi gawai canggih dan internet setiap waktu.
Akhirnya, cuma masalah waktu saja sekolah itu sendirilah yang harus menjadi gerbang utama untuk mendampingi dan mengarahkan anak didik menyelami dunianya yang makin canggih berkat gawai dan internet.
Mau sampai kapan sekolah hanya berkutat pada kurikulum yang terpapar di buku-buku cetak, sementara anak didik berpikir dan berselancar lebih cepat di dunia maya? Akankah sekolah sudi menjadikan coding sebagai salah satu ekstrakulikuler misalnya, karena di satu sisi banyak anak-anak tak sabar bisa punya waktu sendiri dan "dilegalkan" untuk mengutak-atik bahasa pemograman ketimbang hanya duduk di perpustakaan?
Haruskah orang tua cuma duduk berpangku tangan, sementara anak-anak mereka yang masih duduk di bangku SD pun memilih tak lagi banyak bertanya kepada mereka soal pekerjaan rumah sains atau Matematika melainkan kepada Youtube dan Google?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.