Karenanya, rencana Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) membuka jurusan fashion design di Semarang bukan tanpa alasan. Ditambah lagi fakta mengenai industri garmen di Jawa Tengah yang memang tumbuh pesat tidak dibarengi dengan ketersediaan tenaga terampil sekaligus menguasai konsep dan manajerial.
Selama ini tenaga kerja di industri garmen umumnya tidak memiliki jenjang karir. Dalam industri padat karya tersebut, tak jarang seseorang bekerja selama puluhan tahun untuk mengerjakan hal yang sama, menjahit kerah misalnya. Pekerja lain ditugaskan menjahit kancing selama sekian tahun, tanpa berkesempatan meningkatkan kemampuan lainnya.
Berpijak pada kenyataan itu, pemerintah ingin memberi peluang yang lebih baik pada generasi muda. Untuk itu, rencana dibukanya jurusan fashion design bertujuan mendidik generasi muda agar mampu merancang pakaian, mulai dari proses ide hingga pakaian jadi.
Kemenakertrans bakal menyediakan pelatihan dengan tenaga pengajar yang mahir serta menggunakan mesin jahit terbaru. Peserta pelatihan vokasi (vocational training) diharapkan mampu mengembangkan ide kreatif di ruang-ruang kelas. Hingga kini, kelas-kelas dan laboratorium kerja di BBPLK Semarang tengah disiapkan.
Tidak berhenti sampai di situ, peserta pelatihan juga diajari membuat start up untuk mengembangkan bisnisnya, dikenalkan tentang branding serta marketing. Dengan demikian, lulusan pelatihan fashion design bisa menjalankan wirausaha.
“Kalau pelatihan tidak sampai marketing, tidak bakal berkembang,” kata Hanif.
Sesuai kebutuhan pasar kerja
Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi Balai Latihan Kerja (BLK), Kemenakertrans berencana menerapkan konsep Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).
Saat ini, pemerintah memiliki 301 BLK yang berada di berbagai daerah. Tercatat, 17 BLK merupakan milik pemerintah pusat atau disebut BLK Unit Pelaksanaan Teknis Pusat (UPTP). Sebagian besar lainnya merupakan BLK milik pemerintah daerah atau disebut BLK Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Dengan adanya program Revitalisasi, Rebranding, dan Re-orientasi (3R) BLK, pemerintah telah dan terus mengubah sistem pelatihan. Salah satu caranya adalah memfokuskan jurusan pelatihan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Langkah itu diyakini bakal membentuk tenaga kerja yang memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan industri. Lulusan BLK yang dihasilkan pun bakal masif.
Ia mencontohkan, BBPLK di Bekasi sebelumnya memiliki 19 jurusan. Setiap jurusan, kata Hanif, hanya mampu melatih sekira 300 orang. Saat ini, pemerintah mengerucutkannya menjadi empat jurusan, dengan prioritas teknologi informasi dan elektronika.
Rencananya, pemerintah memasukkan jurusan animasi dan game di Bekasi. Di samping itu, jurusan refrigerator di BBPLK Bekasi tetap dipertahankan. Sejauh ini, pabrik-pabrik di wilayah Bekasi masih membutuhkan teknisi refrigerator.
Nantinya, setiap BBPLK menghasilkan lulusan sekira 7.000 orang per tahun. Penataan sistem pelatihan telah rampung dilakukan di BBPLK di Bekasi, Serang, dan Bandung.
Selain itu, pemerintah bakal fokus pada jurusan pariwisata di BBPLK Bima, Nusa Tenggara Barat. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menetapkan Mandalika sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang pariwisata. Dengan begitu, tenaga kerja terampil di bidang pariwisata bisa dihasilkan sesuai dengan pasar tenaga kerja.
Hanif menegaskan, guna meningkatkan skill tenaga kerja perlu dilakukan terobosan. Untuk itu, Kemenakertrans bekerjasama dengan salah satu penyedia platform e-learning, yakni ruangguru, untuk menyebarkan materi pelatihan berupa teori. Sisanya, sekira 70 persen memang mesti dipraktekkan di laboratorium.
"Saya mendorong e-learning supaya bisa lebih cepat proses belajarnya," katanya.
Setiap Warga Negara Indonesia, ia melanjutkan, bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan di BLK, tanpa batas usia. Bahkan, calon peserta pelatihan bisa mendaftar jurusan apa pun di BLK di seluruh Indonesia.
"Selama ini pelatihan vokasi dianggap hanya second class. Padahal, pelatihan vokasi lebih sesuai dengan dunia kerja," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.