Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuah "Cosplay", dari Percaya Diri hingga Rezeki

Kompas.com - 26/02/2018, 18:50 WIB
Josephus Primus

Penulis

Jadilah, setelah menikmati pergaulan di komunitas, terpikir dalam benak Aldo untuk membuat pedang saber. Aldo mengaku, meski harga per unit pedang yang dibeli di Amerika Serikat masih sesuai kemampuan kocek, Rp 2 jutaan, prosedur barang tersebut masuk ke Indonesia terbilang merepotkan.

"Ribet banget. Mesti order (pesan), shipping (pengiriman). Belum lagi kena Bea Cukai," ujarnya.

Kekecewaan Aldo dan kawan-kawan memuncak. "Kita enggak puas sama kualitasnya," imbuh Aldo.

"Juga, kalau ada apa-apa, kita susah banget cari part (suku cadang pengganti bila ada kerusakan), reparasi dan lain-lain," kata Aldo.

Lantaran alasan-alasan itulah, kata Aldo,"Kami mesti bisa bikin (di sini)."

Aldo dan kawan-kawan lantas membeli pedang saber dari beberapa negara pemasok antara lain Amerika Serikat dan Singapura.

"Kita bongkar, kita pelajari. Kita buat dan menurut kita lebih bagus dari yang lain," ujarnya sembari menambahkan bahwa gagang pedang sudah diproduksi sendiri sementara bilah yang berbahan dasar polikarbonat masih impor dari Amerika Serikat.

Singkat kata, hingga kini, Sinar Saber yang mempunyai workshop di Jalan Sunda, Kota Bandung, mampu menghasilkan sedikitnya dua kelas kualitas pedang saber. Kelas dasar atau yang disebut bravo adalah pedang berbobot ringan tapi tahan banting.

"Pedang kelas ini paling simpel. Konsumen bisa memilih warna," kata Aldo sembari menambahkan bahwa untuk menyalakan lampu pedang saber, pihaknya membenamkan batere lithium di gagang pedang.

Model paling premium adalah seri delta. Pada seri ini, konsumen bisa memilih bagian-bagian pedang untuk dirakit sesuai dengan selera. "Jadi,  nanti setiap orang, sabernya enggak bakal sama," kata alumnus Fakultas Ekonomi Angkatan 1991 Universitas Padjadjaran Bandung ini.  

Aldo mengenang, saat membuka usaha pada 2010 itu, dia mampu membuat 30 pedang saber. "Modalnya waktu itu sekitar Rp 5 juta," katanya.

Saat ini, selain dijual secara langsung kepada konsumen, khususnya para pehobi, pedang saber juga ditawarkan untuk dibeli konsumen melalui situs belanja dalan jaringan (online). Rata-rata, dalam pengamatan Kompas.com, harga per unit lebih murah ketimbang Rp 2 juta.

Aldo melanjutkan, berdasarkan pengalaman, dalam satu tahun, ada bulan-bulan baik bagi penjualan pedang saber. "Biasanya Januari dan Februari. Soalnya, film Star Wars tayang di akhir tahun, Desember, setiap tahunnya," kata Aldo.

"Dalam bulan baik, bisa terjual tiga atau empat saber tiap bulan. Kalau lagi sepi, ya mungkin sebulan satu atau dua saber," tambahnya.

Sementara, pegiat cosplay Indie T Ogawa dalam kesempatan diwawancarai bersama Aldo mengiyakan bahwa hobi cosplay memang bisa menjadi ajang mencari uang. Pasalnya, menurut perempuan berkacamata itu, dari Star Wars saja, ada banyak pernak-pernik yang bisa dikembangkan sebagai lahan usaha.

Indie, yang juga aktif di komunitas cosplay Star Wars antara lain Order 66, Mando'an Bounty Hunters Tribes, dan Jakarta Saber mengatakan ada anggota komunitas yang menjadi pembuat kostum tokoh, helm, pakaian prajurit perang, dan lain sebagainya.

"Itu semua bisa dijual. Bahkan, sekarang enggak hanya ke komunitas. Bisa ke mana saja," pungkas Indie T Ogawa.   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com