Kisah Cut Nyak Dien dengan 'Rasa' Internasional

Kompas.com - 03/05/2018, 17:25 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Para siswa Mutiara Harapan Islamic School (MHIS) dari jenjang SMP dan SMA menampilkan drama dalam bahasa Inggris dengan judul “Rencong A True Dagger”.

Drama ini menceritakan kisah perjuangan Cut Nyak Dien melawan penjajahan Belanda.

Kegiatan yang diadakan, Jumat 27 April 2018, merupakan kegiatan tahunan yang diadakan atas kerjasama pihak sekolah, siswa, dan orangtua. 

"Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dalam berbahasa dan dalam meningkatkan percaya diri untuk berani tampil di depan umum," jelas Kepala Sekolah MHIS Dea Kania.

Kegiatan yang dipersiapkan sejak beberapa bulan ini diharapkan akan memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa untuk mengorganisasikan acara, mempromosikan hingga melaksanakan acara.

Baca juga: Meneladani Sang Guru

Melalui kegiatan ini pula, siswa diharapkan mampu memahami nilai-nilai kerjasama dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Dalam mempersiapkan tugasnya, siswa dan siswi dibagi dalam beberapa tim. Mulai dari tim promosi yang menyiapkan desain spanduk dan buku acara, tim pemasaran tiket, tim kostum , dan tim pemain drama itu sendiri.

Semua tim berdiskusi dan berlatih dengan bimbingan bapak dan ibu guru di sekolah. 

"Tidak hanya itu, motivasi yang diberikan oleh orangtua juga sangat berpengaruh dengan semangat siswa dan siswi  dalam mempersiapkan kegiatan drama di sekolah," tambah Dea.

Drama ini menceritakan perjuangan sosok wanita pemberani dan tidak gentar terhadap penjajahan Belanda, Cut Nyak Dien bersama dengan suaminya Teuku Lamnga telah membuat Kota Aceh menjadi kota yang aman dari penjajahan.

Namun, penghianatan yang dilakukan oleh salah seorang kerabat membuat perang tercetus kembali dan akhirnya menewaskan Teuku Lamnga. Kesedihan yang dialami oleh Cut Nyak Dien menarik simpati dari keluarga dan temannya termasuk Teuku Umar.  

Teuku Umar meyakinkan Cut Nyak Dien untuk tidak berputus asa dan terus melawan penjajahan Belanda. Perang kembali pecah dan dimenangkan oleh pasukan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. 

Walau sempat diguyur hujan sebelum pementasan berlangsung, hal itu tidak membuat jumlah penonton yang telah membeli tiket menjadi berkurang. Hal ini membuat pemain semakin bersemangat tampil. 

Sekitar pukul 19.00 WIB pementasan yang digelar di ruang terbuka ini pun dimulai. Dengan penjiwaan yang dilakukan oleh semua pemain seolah-olah membuat penonton 'tersihir' hingga drama berakhir. 

Rintik hujan pada babak terakhir drama justru semakin menambah epik suasana. Riuh tepuk tangan dan teriakan penonton seakan membayar seluruh perjuangan siswa MHIS yang berlokasi di Pondok Kacang, Bintaro, Tangerang Selatan dalam mempersiapkan drama. 

"Harapannya siswa secondary MHIS mendapat pengalaman untuk menunjukkan bakat yang mereka miliki dalam mengasah kemampuan berbicara Bahasa Inggris juga bakat seni yang lain seperti bernyanyi, bermusik dan bermain peran," tutup Dea.

Mengulang kesuksesan, acara ini akan diadakan kembali pada Jumat, 4 Mei 2018 dan terbuka untuk umum. 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau