'Menulis Halus' di Tangan Generasi Milenial

Kompas.com - 15/05/2018, 09:11 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

"Iya beberapa tahun terakhir sedang trend kembali art dengan pembuatan cara manual. Mungkin karena sudah banyak terpapar dunia digital ya jadi orang banyak cari yang manual kembali," jelas Grace Wijaya dari Gracedsign yang membuka workshop untuk kaligrafi dan melukis cat air.

Peserta yang mengikuti workshop di tempatnya datang dari usia 12 tahun hingga 20 tahun.

"Kebanyakan yang ikut workshop di tempat saya mulai dari jenjang SD hingga kuliah. Ibu-ibu muda juga banyak yang mengikuti workshop ini," tambah Grace.

Baca juga: Pendidikan untuk Menjawab Tantangan Zaman

Biasanya, tantangan untuk peserta baru karena peserta belum terlalu banyak latihan lettering atau painting, katanya.

Saya buat ada versi beginner menggunakan brush pen. Dulu awal saya mengajar langsung menggunakan kuas dan cat air namun nampkanya peserta agak kesulitan terutama yang belum pernah pegang kuas, jelas Grace.

Berdasarkan pengalaman pribadi saya coba pelajari sepertinya peserta akan lebih mudah start dari brush pen dulu, tambahnya.

"Kalau untuk digabung saya pernah mengajar 3 jam dengan materi brush lettering goresan dasar dan huruf kecil lalu belajar melukis bunga untuk hiasan di sekelilingnya," lanjutnya.

Karena kelas kursus gabungan kerap panjang waktunya menjadi 4 jam, Grace akhirnya memutuskan untuk memisahkan kelas khusus belajar lettering dan khusus painting dengan biaya kursus berkisar 250 sampai 475 ribu rupiah sekali kursus.

Untuk dasar biasanya peserta akan diajarkan bagaimana menekan brush pen supaya goresan tebal, bagaimana supaya ketika menggambar oval bentuknya bagus serta belajar goresan tebal tipis.

Suasana workshop lettering dan watercolor painting. Dok. Coworkinc Suasana workshop lettering dan watercolor painting.

Tidak semudah di youtube

Biasanya kalau sudah memiliki dasar, peserta dapat mengembangkan sendiri dengan mencari sumber dari internet, kata Grace yang juga memiliki akun instagram @gracedsign.

"Kalau langsung belajar dari youtube bisa aja. Saya juga banyak belajar dari sana. Namun kalau belajar di workshop peserta bertemu langsung dengan guru secara langsung. Kalau bingung bisa langsung tanya dan dicari solusinya," kata Grace menjelaskan perbedaan antara belajar melalui internet dan workshop.

Nanti pendamping bisa langsung menganalisa permasalahannya, misalnya cara memegang kurang pas, menekan pennya kurang kuat atau catnya kurang air, dan lainnya. Hal ini yang tidak akan didapat saat kita belajar langsung hanya melihat dari youtube.

"Mereka sekilas lihat sepertinya mudah tapi ketika coba buat ternyata tidak semudah yang dilihat, terutama yang jarang mengikuti cara pembuatan di IG atau youtube," jelas Grace sambil tersenyum.

Memiliki nilai positif

Melalui brush lettering ini peserta belajar untuk lebih sabar dan tenang. 1 huruf digambar dengan perlahan tidak boleh terburu-buru. Tata letak dipikirkan dengan matang supaya terlihat pas, ujar Grace menjelaskan salah satu manfaat kursus ini.

Beda dengan digital yang pembuatannya bisa lebih singkat dan kalau ada kesalahan mudah diedit. Kalau peserta tidak sabar atau tegang hasilnya kemungkinan bisa tidak rapi.

Sebagai pengajar pun Grace menikmati mengajar brush lettering . Ia meyakini peserta nantinya tidak hanya akan belajar menulis indah tapi akan menulis kalimat yang bagus, entah kutipan positif ataupun ayat kitab suci.

Sambil mencari kutipan atau ayat misalnya di internet, mereka akan banyak membaca kalimat positif yang menguatkan mereka, kata Grace. Jadi kita banyak melihat, mengingat, menulis, mengucapkan kalimat positif, secara tidak langsung pikiran kita akan lebih positif, berdampak di kehidupan kita dan orang lain yang melihat karya kita juga akan menjadi positif.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau