5 Langkah Menanamkan Jiwa Bisnis pada Anak

Kompas.com - 25/06/2018, 20:41 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Tidak sedikit orangtua berharap anaknya sukses menjadi pebisnis atau pengusaha. 

Alasannya, pekerjaan ini dianggap memiliki kemandirian secara finansial karena tidak tergantung pada gaji dari perusahaan dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Tantangannya adalah membentuk jiwa bisnis pada anak membutuhkan proses panjang. Namun bukan berarti jiwa bisnis tidak dapat diasah sejak dini. Faktanya, bisnis adalah hal terkait keterampilan dan bukan hanya faktor genetika atau keturunan.

Sesungguhnya, menanamkan jiwa bisnis anak dapat dilakukan sejak usia dini.

Dikutip dari Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud), orangtua dapat mengenalkan bisnis pada anak-anak melalui 5 hal ini:

1. Permainan jual beli

Orangtua dapat meluangkan waktu untuk mengajak anak bermain jual-jualan. Orangtua atau anak bisa berganti peran sebagai pedagang dan pembeli. Melalui cara ini, anak diajarkan mengenal konsep nilai uang, transaksi, dan menaksir nilai barang.

Beberapa sekolah sudah memulai metode ini dengan kegiatan yang lebih sistematis di mana anak diajarkan untuk melakukan transaksi sederhana, mulai dari menyiapkan bahan dagangan bersama orangtua hingga memasarkannya kepada teman-teman atau tamu sekolah. 

2. Bermain ke sentra bisnis

Lupakan sejenak main ke mal dan ajak anak ke toko atau pusat bisnis seperti pasar, warung, toko, atau grosir. Di lokasi ini anak lebih dapat langsung menyaksikan interaksi jual-beli. Bantu anak untuk menjelaskan secara sederhana proses barang dari tempat hasil bumi, pengolahan hingga sampai ke pasar.

Baca juga: Jelang Tahun Ajaran Baru, Ini 5 Tips Memili TK untuk Anak

Kegiatan ini pun sudah mulai diperkenalkan kepada siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan mengajak mereka melakukan transaksi sederhana ke supermarket atau pasar tradisional.

3. Membeli karya anak

Maksudnya adalah orangtua ‘membeli’ karya anak, seperti gambar, kerajinan tangan, atau bentuk karya lainnya. Sebelum membeli, berikan masukan dan penilaian terhadap karya itu, kemudian lakukan penawaran terhadap karya itu.

Katakanlah sebuah gambar bagus dihargai Rp 5.000 dan kemudian beri peluang si anak untuk menawar lebih tinggi. Dalam proses itu, ajarkan anak membuat kontrak kerja atas karya itu, seperti harga, tenggang waktu pekerjaan dan penyerahan, dan jenis karya yang akan dibuat.

4. Bangun kesadaran keuangan

Ajarkan anak mengenal konsep keuangan, misalnya secara sederhana dikenalkan konsep uang masuk dan keluar. Biasakan anak untuk disiplin mencatat pemasukan dan pengeluaran uang.

Contohnya sederhana adalah mengajarkan dari mana uang itu berasal atau dihasilkan. Jangan sampai anak hanya mengetahui uang diperoleh dengan mudah dari mesin ATM atau menggesek kartu.

Pada anak untuk mencatat berapa uang saku yang diterima dan untuk apa saja uang itu digunakan. Ajaklah anak merencanakan keuangan. Misal, saat ingin membeli mainan tertentu, ajarkan strateginya bagaimana mainan tersebut bisa terbeli dalam waktu tertentu.

5. Ciptakan naluri berwirausaha

Ajak anak untuk mengidentifikasi barang apa saja yang bisa dijadikan uang, seperti koran bekas atau barang-barang bekas lainnya yang masih bernilai.

Beri pemahaman kepada anak kalau ada peluang bisnis dari barang-barang bekas kemudian buat perencanaan proses menjualnya. Tentukan harganya dan tentukan calon pembelinya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau