FLS2N Berikan Kesempatan Sama Siswa Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 31/08/2018, 23:03 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2018 tingkat SD, SMP dan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah bergulir sejak 26 Agustus 2018.

FLSN 2018 melibatkan 306 siswa-siswi berkebutuhan khusus ikut berkompetisi dalam kategori PKLK pada cabang lomba menyanyi solo, menari, desain grafis, pantomim, melukis, dan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). 

Di antara siswa-siswi tersebut terdapat peserta lomba menyanyi solo jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) termuda asal Kalimantan Timur, Salma Atqiya, dan pelukis remaja berprestasi, Ni Wayan Ary Ryandani, wakil provinsi Bali pada lomba melukis jenjang Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB).

Meskipun tidak dapat melihat atau tunanetra dan menjadi peserta usia termuda, 7 tahun, Salma memiliki kepercayaan diri tinggi saat tampil menyanyi di depan juri dan peserta lain.

 

1. Menumbuhkan percaya diri

Saat diwawancarai, Salma yang ingin selalu digandeng sang ibunda menunjukkan kebanggaan dapat mewakili Kalimantan Timur. “Wow, banyak yang tepuk tangan, dengan mic suaranya (lebih) bagus,” ungkap Salma seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Baca juga: Kemendikbud: Asian Games 2018 Momentum Membangun Etos Kerja

Salma Atqiya berhasil mewakili Kalimantan Timur setelah menjadi juara I seleksi tingkat provinsi. Tahun ini merupakan tahun kedua keikutsertaan Salma di tingkat nasional setelah tahun lalu juga berhasil mewakili Kalimantan Timur di ajang serupa, di Surabaya, Jawa Timur.

Meskipun ketika itu Salma tidak berhasil meraih juara, namun pengalaman tersebut justru memacu Salma bernyanyi lebih baik lagi.

Sang ibunda pun mendukung penuh kecintaan anaknya terhadap dunia tarik suara. “Begitu tahu tahu ada talenta, saya carikan pelatih, pelatih datang ke rumah, karena tidak semua kan mengerti psikologi anak seperti ini,” tutur Khaerunisa.

Perkembangan karakter yang berarti dirasakan sang ibunda sejak Salma dilatih menyanyi secara khusus, ”Alhamdulillah, sekarang sudah mulai mandiri, sama orang sudah mulai mau kenal,” lanjut ibunda Salma.

2. Mengembangkan talenta

Seperti halnya Salma, Ni Wayan Ary Ryandani, atau biasa dipanggil Ryan, juga hadir di Pangkalpinang dengan didampingi ibunda dan guru sekolah SLB Negeri 1 Bangli, Bali. Ryan meskipun memiliki keterbatasan tidak dapat mendengar, atau tunarungu ia memiliki talenta melukis dan sudah sering mengikuti kompetisi, .

Ryan yang pada saat lomba melukis Barong dan Rangda, atau yang oleh masyarakat Bali disebut dengan Rwa Bhineda memiliki keunggulan detail dan kekuatan warna pada lukisannya.

Waktu melukis diberikan panitia mulai Pk. 08.00-17.30 WIB rupanya belum cukup bagi Ryan. Namun, para peserta dapat melanjutkan lukisannya keesokan hari.

Pendampingan guru dan orangtua memiliki peran besar dalam meningkatkan kepercayaan diri Ryan. Meskipun memiliki keraguan akan menjadi juara karena melihat kemampuan teman-teman lain, namun sang guru tetap menanamkan keyakinan pada diri Ryan.

Selain itu, walaupun dalam suasana kompetisi, hal tersebut tidak menghalangi Ryan berkawan dengan peserta lain. Dengan dibantu sang guru, Ryan menjelaskan bahwa ia dengan mudah menjalin persahabatan dengan peserta dengan kebutuhan khusus lainnya, bahkan ia masih bersahabat dengan peserta lomba lukis yang ia temui di Manado 2 tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau