Tantangan penerapan inklusi di TK
Adapun, Dr Lani Florian, dosen tamu dari The University of Edinburgh, London, menekankan bahwa kunci utama dalam penerapan inklusi adalah kolaborasi dari semua pihak yang terkait.
Para pihak itu di antaranya guru, kepala sekolah, staf sekolah, siswa, orang tua, pemerintah, dan masyarakat.
Dengan demikian, apabila ada salah satu pihak yang tidak turut serta mendukung penerapan inklusi, maka mungkin penerapan inklusi tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Pada sisi lain, hampir semua pembicara pelatihan menekankan bahwa tantangan utama dalam pendidikan inklusi baik di Australia, Indonesia maupun di belahan dunia lainnya adalah pola pikir guru (teachers’ mind-sets).
Pola pikir yang menganggap mengajar ABK adalah hal yang merepotkan sehingga guru sering menolak ABK yang ingin bergabung belajar di dalam kelasnya.
Tentu pola pikir ini terjadi bukan tanpa alasan. Ini karena sebagian guru merasa tidak mempunyai kompetensi mumpuni untuk mengurus kelas yang ada ABK-nya.
Para guru justru akan merasa kebingungan bila kemudian mereka menerima ABK tapi tidak tahu harus berbuat apa terhadap mereka.
Selain pola piker guru, faktor kepemimpinan dalam lingkup sekolah juga sangat mempengaruhi kesukseskan penerapan pendidikan inklusi.
Hal ini berkaca dari salah satu sekolah, yaitu Mater Dei Primary School di Wagga Wagga. Di sekolah ini kepala sekolah sukses menerapkan pendidikan inklusi di lembaga pendidikannya.
BACA JUGA: Ini Pentingnya Guru Mengapresiasi Karya Murid
Sukses itu tak lepas dari program-program Kepala Sekolah yang mendukung pendidikan inklusi. Program tersebut antara lain support centre untuk guru yang mempunyai anak ABK di sekolahnya.
Kemudian program guru pendamping, bantuan sesama teman, membangun komunitas guru dan orangtua, kelas khusus untuk ABK yang membutuhkan perhatian khusus dan masih banyak lagi.
Untuk itu, melalui short course “Achieving Education for all Through Indonesian-Australian Collaborations” yang dilaksanakan pada akhir 2017. Kemudian ditindaklanjuti dengan monitoring oleh Prof. David Evans ke semua peserta diklat pada 2018, diharapkan dapat mendukung terwujudnya kesuksesan pendidikan inklusi di Indonesia.
Sebagai informasi, semua peserta itu tersebar di Bogor, Cirebon, Medan, Lampung, Bengkulu, Bandung, Malang, Luwu, Jayapura, Yogyakarta dan Banjarbaru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.