Presiden Serukan Perguruan Tinggi Cepat Beradaptasi terhadap Perubahan

Kompas.com - 12/10/2018, 21:57 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Saat melakukan pertemuan dengan sejumlah pimpinan perguruan tinggi negeri dan para pejabat di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Istana Negara (10/10/2018), Presiden Joko Widodo menyebut bahwa perguruan tinggi harus bersegera merespons segala perkembangan.

“Jangan kita terjebak pada zona nyaman yang tahu ada perubahan tapi tidak cepat merespons dari perubahan-perubahan yang ada,” ujar Presiden Jokowi

Sebenarnya sudah sejak lama Presiden menyerukan dunia perguruan tinggi beradaptasi dengan perubahan yang ada. Di antaranya soal penyesuaian program studi yang ditawarkan perguruan tinggi di Indonesia sesuai dengan perkembangan zaman.

Perguruan tinggi jadi pioner perubahan

“Sangat mengherankan jika zaman sudah berubah tapi fakultas dan program studi tidak banyak berubah. Ini sudah 3 tahun saya ulang-ulang. Saya tunggu sebelum saya mengeluarkan kebijakan yang drastis. Saya tunggu Bapak/Ibu (pimpinan perguruan tinggi) sekalian untuk merespons ini,” kata Presiden.

Kepala Negara sangat mengharapkan perguruan tinggi menjadi pionir dalam perubahan besar. Apalagi saat ini kecepatan kita dalam merespons perubahan merupakan kunci untuk menghadapi persaingan global.

Baca juga: Kemenristek Imbau Magang dan Wirausaha jadi Bagian Pendidikan Tinggi

“Kita sudah berapa puluh tahun hanya 3 universitas yang masuk ke 500 besar? Harus kita respons dong,” imbuhnya.

Respon cepat hadapi perubahan

Ia mencontohkan sejumlah respons diberikan perguruan tinggi internasional menghadapi perubahan lanskap ekonomi global. Kent State University di Ohio, Amerika Serikat, misalnya menyediakan program Manajemen Perhotelan dan Pariwisata di tingkat master dengan penekanan pada implikasi regional, nasional, hingga global dalam industri di lapangan.

Selain itu, ada pula universitas membuka program studi secara khusus mempelajari soal game yang biasa dimainkan anak-anak muda. Dunia game sekarang ini telah menjadi industri besar yang menuntut perguruan tinggi untuk masuk ke dalamnya.

“Di University of Southern California ada juga game studies. Kita harus mengerti sekarang ini anak-anak muda senang E-Sport, senang Mobile Legend, dan itu mendatangkan income yang besar,” tuturnya.

Universitas lamban merespon perubahan

Kepala Negara kemudian menyoroti universitas-universitas di Tanah Air yang lamban merespons perubahan. Selama 30 hingga 40 tahun ke belakang, program studi yang ditawarkan sejumlah universitas tidak jauh berbeda.

“Mungkin dua atau tiga tahun yang lalu saya menyampaikan gagasan pentingnya mendirikan fakultas kopi. Saat itu ada yang tertawa. Ini industri besar kita. Saya serius ngomong seperti itu,” ujarnya.

Terhadap gagasan itu, Presiden menceritakan ada salah satu SMK di Jawa Barat membuka jurusan tentang studi komoditas kopi. Kepala Negara sangat mengapresiasi inisiatif SMK ini karena memang Jawa Barat memiliki potensi yang besar akan komoditas kopi.

“Pendidikan tinggi harusnya tidak kalah inovatif dengan SMK. Gagasan fakultas kopi ini serius harus kita pikirkan bersama. Bukan hanya kopi saja, produk-produk yang memiliki kekuatan komoditas kita juga,” sambungnya.

Studi multidisiplin

Bahkan, di negara lain, studi mengenai kopi ini tidak hanya dilakukan di tingkat fakultas, namun terlembaga ke dalam sebuah institusi. Di sana, produk kopi dipelajari, diteliti, dan diajarkan mulai dari cara bertanam, pengolahan, hingga sampai ke pasar industri.

“Ini sebuah studi multidisiplin dan mengelola omzet ekonomi kelas dunia yang besar. Jangan dipikir ini pekerjaan yang mudah, sulit sekali. Bagi Indonesia sebagai pekebun kopi tentu ini memberikan nilai lebih yang sangat besar,” tandasnya.

Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau